Postpositivisme phenomologik-interpretif

Dilihat dari sisi filsafat ilmu ada perbedaan mendasar antara pendekatan positivistic dan rasionalistik  di stu pihak dengan pendekatan phenomenologik di lain pihak .pendekatan 2 yang pertama hanya mengakui kebenaran empiric sensual dan empiric logic adapun 2 pendekatan yang kedua mengakui adanya adanya kebenaran empiric etik yang memerlukan akal budi untuk melacak dan menjelaskan serta beragumentasi .. nilai moral yang digunakan pada dua yang pertama terbatas pada nilai moral tunggal yaitu truth of false , nilai moral yang digunakan pada dua yang kedua yaitu nilai moral ganda hirarki
Asumsi dasar dari pendekatan phenomologik adalah bahwa manusia dalam berilmu pengetahuan tak lepas dari pandangan  moralnya baik  pada taraf mengamati , menghimpun data , menganalisis maupun dalam membuat kesimpulan . tak dapat lepas bukan berarti keterpaksaan melainkan momot etik
Pendakatan phenomonologik bukan hendak berpikir spekulatif melainkan hendak mendudukan tinggi pada kemampuan manusia untuk berpikir reflektif dan lebih jauh menggunakan logika itu disamping logika induktif dan deduktif .serta logika materil dan logika probabilistic . pendekatan ini bukan hendak menampilkan teory dan konseptualisasi yang sekedar berisi anjuran dan imperative melainkan mengangkat makna etika dalam berteory dan berkonsep
1)      Model interpreting geertz
Geertz  menolak etniscientific model dari levi’s strauus . levi’s bukan menampilkan gambar kehidupan melainkan mengubah yang hidup menjadi suatu system formal budaya . menurut geertz tak ada social facts yang menunggu observasi kita yang ada adalah kesiapan peneliti untuk memberi makna atas observasinya .
2)      Model grounded research
1)      Upaya mencari sosok kualitatif
Model model kualitatif dapat dikelompokan menjadi enam model yaitu
  • Model interaktik geerta
  • Grounded research  dari glasser dan strauus
  • Model ethnometodologi dari bogdant
  • Model paradigm naturalistic  dari gubba dan Lincoln
  • Model interaksi simbolik dari blummer
  • konstruktivis goodman
2)      grounded theory
menemukan teory berdasar data em[piri bukan membangun theory secara deduktif logis itulah grounded theory
3)      model verivikasi positivist minimkan munculnya theory baru
pendekatan rasionalisme mengkritik pendekatan positivism karena tiadanya paying ground theory yang mengakibatkan pemiskinan theory
4)      analisis komparatif
lewat komparasi kita dapat membuat generalisasi . fungsi generalisasi adalah untuk membantu memperluas terapan teorynya , memperluas daya prediksinya
5)      menemukan theory
glasser dan strauus mempertengahkan dua theory  yaitu theory substansi dan theory formal . theory substansi ditemukan dan dibentukl untuk daerah subtansi tertentu sedang theory formal ditemukan dan dibentuk untuk kawasan category konseptual teoritik
6)      sampling teoritis
untuk menemukan teori para peneliti perlu memiliki sensitivitas teoritis artinya begitu menjumpai sejumlah data mampu segera menyususn konsep local , menemukan ciri ciri pokok dari sasaaran penelitianya
7)      dari teori substansif ke teori formal
teori substansif memiliki jangkauan generalisasi pada suatu daerah substansif penelitian sedang teori formal memiliki jangkauan generalisaasi pada teori tertentu
8)      peran pemikiran berkelanjutan dan peran pengalaman orang lain
peran pengalaman orang lain atau diri sendiri dimasa lampau dapat saja direflesikan sebagai pengganti observasi sendiri sebagai peneliti dengan modal pengetahuan dasar metodologi time sampling dan behavior sampling
3)      model etnografik – etnometodologi
1)      Etnographi dan Ethnometodologi
Ethnographi merupakan salah satu model penelitian yang lebih banyak terkait dengan anthropologi yang mempelajari peristiwa cultural yang menyajikan pandangan hidup subyek yang menjadi objek study
Etnometodologi merupakan metodologi penelitian yang mempelajari bagaimana perilaku social dapat dideskripsikan sebagaimana adanya , ethnometodologi berup[aya untuk memahami bagaimana mayarakat memandang ,menjelaskan,dan menggambarkan tatahidup mereka sendiri
2)      Modus asumsi dan sampel penelitian ethnographic konseptual metodologi model penelitian ethnographic dapat dikategorikan menjadi empat dimensi yaitu induktif deduksi,generalisasi-verivikatif, konstruktif enumerative dan subjektifv obyektif ‘
Study ethnographic menetapkan sampel atas prinsip pregmatik atau teoritik bukan atas prinsip acak probabilitas , tujuan pengamhbilan sampel tersebut dimaksudkan agar hasil penelitian memiliki komparabilitras dan transabilitas pada kasus kasus hasil penelitianya

3)      Konseptualitas teori lebih implicit
Pada umumnya jarang yang menuntut ekspitisasi teori karena memang tak sesuai dengan watak dasar penelitian ethnografik yang mengandalkan sifat untuk membawa prakonsepsi lain daripada yang diperoleh didalam kontek objek penelitian yang sedang akan ditelitinya
4)      Dasar penelitian ethnographic
Empat dasar memilih objek study
  • Jadilah praktisi
  • Pilihlah tempat dimana anda agak asing
  • Jangan terlalu berpegang kaku pada rencana
  • Sejumlah topic sulit untuk dijadiakn objek penelitian

penelitian ethnographic mengenal dua macam desain
  • Study kasus : merupakan pengujian yang mendalam dan merinci dari satu konteks ,dari satu objek , dari satu kumpulan dokumen atau dari satu kejadian khusus
  • Desain multiple site studies : logika yang digunakan untuk desain ini berbeda dari multiple case tudies orientasinya lebih diarahkan pada pengembangan teori dan biasanya memerlukan banyak lokasi dan subjek daripada hanya dua atau tiga
5)       Data kualitatif
Dalam penelitian dengan pendekatan manapun dibedakan antara empiri dengan data , empiri yang relevan dengan objek penelitian dan dikumpulkan oleh peneliti disebut data
6)      Hubungan penliti
Dalam penelitian dalam metode ini menuntut terciptanya hubungan yang lebih akrab , lebih wajar , dan tumbuh kepercayaan bahwa peneliti tidak akan menggunakan hasil penelitianya untu sesuatu yang merugikan mereka

7)      Analisis data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata saecara sistematis catatan hasil observasi wawancara dan lainya untuk meningkatan pemahaman peneliti akan kasus yang sedang diteliti dan menyajikanya
D.Model paradigma naturalistic
  1. Model yang menemukan karakteristik kualitatif penuh
model penelitian ethnographic dapat dikategorikan menjadi empat dimensi yaitu model interpreatif geertz, model grounded teori , model ethnographil – ethnometodologi , model paadigma naturalistic


  1. Egon g. guba


  1. Penlitian naturalistic
Guba (1985: 39 – 44) mengetengahkan empat belas karakteristik penelitian naturalistik, yaitu :
a. Konteks natural (alami), yaitu suatu konteks keutuhan (entity) yang tak akan dipahami dengan membuat isolasi atau eliminasi sehingga terlepas dari konteksnya.
b. Manusia sebagai instrumen. Hal ini dilakukan karena hanya manusia yang mampu menyesuaikan diri dengan berbagai ragam realitas dan menangkap makna, sedangkan instrumen lain seperti tes dan angket tidak akan mampu melakukannya.
c. Pemanfaatan pengetahuan tak terkatakan. Sifat naturalistik memungkinkan mengungkap hal-hal yang tak terkatakan yang dapat memperkaya hal-hal yang diekspresikan oleh responden.
d. Metoda kualitatif. Sifat naturalistik lebih memilih metode kualitatif dari pada kuantitatif karena lebih mampu mengungkap realistas ganda, lebih sensitif dan adaptif terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
e. Pengambilan sample secara purposive.
f. Analisis data secara induktif, karena dengan cara tersebut konteksnya akan lebih mudah dideskripsikan. Yang dimaksud dengan analisis data induktif menurut paradigma kualitatif adalah analisis data spesifik dari lapangan menjadi unit-unit dan dilanjutkan dengan kategorisasi.
g. Grounded theory. Sifat naturalistik lebih mengarahkan penyusunan teori diangkat dari empiri, bukan dibangun secara apriori. Generalisasi apriorik nampak bagus sebagai ilmu nomothetik, tetapi lemah untuk dapat sesuai dengan konteks idiographik.
h. Desain bersifat sementara. Penelitian kualitatif naturalistik menyusun desain secara terus menerus disesuaikan dengan realita di lapangan tidak menggunakan desain yang telah disusun secara ketat. Hal ini terjadi karena realita di lapangan tidak dapat diramalkan sepenuhnya.
i. Hasil dirundingkan dan disepakati bersama antara peneliti dengan responden. Hal ini dilakukan untuk menghindari salah tafsir atas data yang diperoleh karena responden lebih memahami konteksnya daripada peneliti.
j. Lebih menyukai modus laporan studi kasus, karena dengan demikian deskripsi realitas ganda yang tampil dari interaksi peneliti dengan responden dapat terhindar dari bias. Laporan semacam itu dapat menjadi landasan transferabilitas pada kasus lain.
k. Penafsiran bersifat idiographik (dalam arti keberlakuan khusus), bukan ke nomothetik (dalam arti mencari hukum keberlakuan umum), karena penafsiran yang berbeda nampaknya lebih memberi makna untuk realitas yang berbeda konteksnya.
l  Aplikasi tentatif, karena realitas itu ganda dan berbeda.
m. Ikatan konteks terfokus. Dengan pengambilan fokus, ikatan keseluruhan tidak dihilangkan, tetap terjaga keberadaannya dalam konteks, tidak dilepaskan dari nilai lokalnya.
n. Kriteria keterpercayaan. Dalam penelitian kuantitatif keterpercayaan ditandai dengan adanya validitas dan reliabilitas, sedangkan dalam kualitatif naturalistik oleh Guba diganti dengan kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas dan konfirmabilitas.
  1. Paradigm Schwartz dan ogivly
Paradigma disiplin ilmu
  • Gerakan dari realitas sederhana ke realitas kompleks
  • Gerakan dari konsep tata hirarki ke heterarkhi
  • Gerakan dari citra mekanik k eke citra holographic
  • Gerakan dari determinasi ke interdeterminasi
  • Gerakan dari perakitan ke mhorphogenesis ‘gerakan dari tinjauan objektif ke perspektif

  1. Aksioma dalam paradigm naturalistic
Penelitian kualitatif naturalistik memiliki aksioma yang berbeda dari jenis penelitian yang berparadigma positivistik. Aksioma yang berlaku dalam penelitian kualitatif naturalistik adalah sebagai berikut.
1. Aksioma tentang Realitas atau kenyataan
a. Realitas atau kenyataan itu kompleks. Sistem dan organisme tidak dapat dipisah-pisahkan. Keber¬ada¬an-nya bergantung pada interaksi timbal-baliknya; Makna tidak atomistik melainkan kontekstual.
b. Ada tata dalam realitas. Semua yang nampak tertata itu ditentukan oleh alam pikir kita. Itu merupakan fung¬si tata pikir kita; Orientasi perilaku manusia itu pluralistik, baik orientasi pada nilai, pada politik dan lain-lain.
c. Realitas atau kenyataan itu tampil dalam berbagai per-spektif. Pespektif yang dipakai seseorang mempe¬nga-ruhi apa yang nampak sebagai realitas; Apa yang kita yakini mempengaruhi penampakan realitas; Reali¬tas ada sebagaimana dikenal manusia, dan bukan ada sebagaimana adanya.
d. Ada keterhubungan timbal-balik antara berbagai se-suatu. Segala sesuatu saling berhubungan. Ada jaring-an keterhubungan alam semesta. Ada keterkaitan timbal-balik antara yang mengenal dengan yang di-kenalnya.
2. Aksioma tentang interaksi antara yang mengenal dan yang di¬kenal
a. Hubungan itu indeterminatif. Ada keterlibatan timbal-balik antara yang mengenal dengan yang dikenalnya. Proses observasi mempengaruhi hasilnya.
b. Kausalitas itu timbal-balik.
c. Pengenalan kita itu sifatnya perspektif. Dari mana dan cara bagaimana akan mempengaruhi apa yang kita lihat; Pengetahuan dijaga (dari “bias”) bukan dengan mengabstraksikan dari semua perspektif, melainkan dengan membuat keseimbangan perspektif ganda untuk menghindarkan “bias”; sehingga objektivitas itu merupakan ilusi.
3. Aksioma tentang Keterkaitan pada waktu dan konteks
a. Keterkaitan pada waktu dan konteks menjadikan se-suatu itu kompleks. Sistem dan organisme tak dapat dipisahkan dari lingkungannya, karena makna dan ek-sistensinya terkait pada sistem dan organisme lain; Pengetahuan menjadi bermakna bila berada dalam konteks; Penelitian haruslah memperhitungkan seja¬rah-nya dan rinciannya daripada memperhitungkan sifat permanen dan generalisasinya.
b. Ada tata heterarkhik. Sistem dan organisme mana yang dominan bergantung pada keseluruhan situasi, dan ditentukan oleh interaksi sistem dan organisme.
c. Sesuatu itu besifat holographik. Informasi itu me-nyebar pada seluruh sistem, bukan terkonsentrasi pada titik tertentu.
d. Berlaku prinsip indeterminatif. Dalam sistem atau orga¬nisme yang kompleks kemungkinan masa yang akan datang dapat dikenal, tetapi akibatnya yang tepat sukar untuk dapat diketahui berdasarkan kondisi sekarang.
e. Ada kausalitas timbal-balik. Untuk memahami seluruh sistem diperlukan pengenalan sejarah atau prosesnya yang tidak dapat dipahami berdasarkan kondisi se¬ka-rang; Kausalitas timbal-balik cenderung meng¬hasil¬kan sesuatu yang tidak dapat diduga.
f. Terjadi proses morphogenetik. Perubahan itu tidak hanya berlangsung secara berkelanjutan dan kuanti-tatif, melainkan tak berkelanjutan dan kualitatif.
4. Aksioma tentang Pembentukan timbal-balik dan simultan.
a. Struktur tersusun heterarkhik. Struktur sistem dan organis¬me bekerja heterarkhik, membentuk jaringan pengaruh dan hambatan timbal-balik.
b. Ada kausalitas timbal-balik. Kausalitas deterministik kaku diganti dengan inovasi tak terduga, yang muncul secara morphogenetik melalui interaksi dan fluktuasi kausal timbal-balik; Kausalitas timbal-balik bukan mengarah ke stabilitas, melainkan ke perubahan sim¬bo-lik dan evolutif.
c. Sistem terbentuk secara morphogenetik. Sistem dan organisme baru dan berbeda terbentuk dari yang lama lewat proses yang kompleks; tata sistem dan organis-me yang lebih tinggi tersusun dari tata yang lebih rendah; tata juga dapat muncul dari tiada tata.
5. Aksioma tentang Keterkaitan pada nilai.
Kepentingan kita memberi perspektif pada pengetahuan kita. Semua pengetahuan kita pada hakekatnya merupakan pengetahuan atas kepentigan, meskipun kita tidak ber-maksud mengaitkan dengan kepentigan tertentu dalam mengembangkannya; suatu keharusan ilmiah untuk meng-adakan penelitian, bila manusia memang berkepentingan; Konsep paradigma bergeser dengan sendirinya. Hal ter-sebut membuka kemungkinan adanya program penelitian dengan asumsi yang sangat beragam.
  1. realitas ,, observasi dan gheneralisasi
dalam terapan penelitian itu berate bahwa kita perlu perlengkapi kognisi kita dan pembaca kita sehingga realitas yang kita deskripsikan dalam penelitian menjadi relitas yang beda
  1. kausalitas dan dampak nilai
phenomonologi termasuk paradigm naturalistic berpendapat bahwa bagaimanapun orang berupaya untuk tidak mempunyai kepentingan tetap saja ada keppentingan masuk dalam penelitian
  1. arus penelitian naturalistic
perbedaan yang tajam dengan metode positivistic dan rasionalistik metode model ini menuntuk langsung terjun kelapangan dan empat unsure ditata dan dikembangkan
  1. watak dan konteks naturalistic
    1. manusia sebagai instrument
    2. metoda metoda kualitatif
    3. iterasi empat unsure penelitian naturalistic
  • pengambilan sampel purposive
  • analisis data induksi
  • grounded teori
  • desain sementara

  1. a laporan penelitian kasus
  • hasil yang disepakati
  • laporan kasus
  • aplikasi tentative

11.b  kawasan dan keteladanan penelitian

11.c  kredibilitas
Bagi posotivisme sesuatu itu benar bila ada ishomorpisme antara data hasil study dengan realitas berbeda dengan naturalis yang memandang bahwa realitas itu ganda kebenaran itu perspektip
11.d  tranferabilitas , dependabilitas, dan konfirmabilita
Membangun transperabilitas bagi naturalis itu sangat berbeda dengan membangun generalisai dan prediksi pada positivis
12 memproses data secara naturalistic
Dalam paradigm naturalis datra tidak dilihat sebagai apa yang diberikan alam melainkan hasil interaksi antara peneliti dengan sumber data
E. model interaksionalisme simbolik
  1. interaksionalisme simbolik dan para pendahulu
  2. tujuh preposisi dasar
  3. mazhab chichago dan iowa
  4. prinsip metodologi dalam interaksi simbolik
  5. metode pemaknaan
F . metode konstruktivist




No comments

Powered by Blogger.