Hambatan Pengembangan Karier
Hambatan
Pengembangan Karier
Mengejar
atau mencapai karier bukan suatu
pekerjaan yang mudah. Banyak sekali hambatan yang harus dilalui untuk
terbukanya peluang ke arah itu. Hambatan yang paling utama yaitu rasa puas diri
yang melekat pada diri karyawan itu sendiri.
Menurut Judith M. Berwick (Gouzali Saydam: 1996 : 110) menyatakan ada 4 plato
karier yaitu:
1.
Plato yang produktif
Plato yang
dibuat sendiri oleh para karyawan. Hal ini disebabkan karena yang bersangkutan
sadar bahwa hasil sekarang dianggapnya merupakan kedudukan yang paling tinggi
dapat dicapainya. Namun karyawan tetap bersemangat dan berprestasi selalu
mengikuti pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh perusahaan. Karyawan tidak
berambisi pada jabatan yang lebih tinggi
Adapun
ciri-ciri dari plato produktif yaitu:
a.
Perusahaan menghargai yang bersangkutan
karena setiap tugas dapat diselesaikan dengan baik.
b.
Bersedia terlibat dalam setiap
kegiatan perusahaan dan profesi.
c.
Beranggapan bahwa pekerjaan di tingkat yang lebih tinggi akan mengandung
aspek-aspek negatif.
d.
Menganggap bahwa apa yang dikerjakannya
sekarang adalah vital bagi keberhasilan perusahaan.
2.
Plato sebagian
Menghinggapi
orang yang tidak begitu sukses didalam pekerjaanya, tetapi amat berhasil dalam
menjalin hubungan kerja dengan kegiatan-kegiatan di luar perusahaan. Lingkungan
kerja tidak memberikan kesempatan untuk berkarier, tetapi relasi dengan orang
luar dalam melakukan pekerjaan ia senang bekerja dan tetap bersemangat.
Adapun
ciri-ciri dari plato sebagian yaitu:
a.
Tetap melakukan pekerjaan rutin yang
diselingi oleh peristiwa-peristiwa persahabatan yang menyenangkan.
b.
Pengakuan datang dari luar yang
menghargaihasil pemikiran dan pekerjaannya untuk mereka.
c.
Sebagian besar tugas diselesaikan
dengan baik, walaupun tidak menerik hatinya.
d.
Hubungan dengan atasan langsung
baik, tetapi tidak memberikan harapan nyata untuk pengembangan karier.
3.
Plato yang menyenangkan
Karyawan
menyukai pekerjaannya karena tingkat kompensasi yang diterimanya memadai.
Karyawan tidak tergoda pada kesempatan untuk promosi, karena ia tidak ingin
terganggu kesenangannya oleh perubahan apapun. Posisi sekarang sudah memadai
merasa mendapat tempat yang tepat untuk bekerja.
Adapun
ciri-ciri plato yang menyenangkan yaitu:
a.
Sangat puas dengan pekerjaan
sekarang.
b.
Merasa enggan untuk diganggu oleh
perubahan.
c.
Tidak berupaya untuk mengembangkan
karier selanjutnya.
d.
Ingin tetap bekerja dalam pekerjaan
selama mungkin, karena merasa ada prestasi dalam tugas.
e.
Tidak dapat dimotivasikan dalam
jabatan.
4.
Plato Pasif
Menghinggapi
karyawan yang merasa mampu, tetapi selalu dilewati oleh orang-orang yang lebih
junior dalam hal promosi. Walaupun merasa jenuh dalam perusahaan, tetapi ia
enggan untuk mengadakan turn-over (pindah perusahaan) dan ia tidak memiliki
motivasi untuk alih tugas. Plato ini dapat membuat karyawan menjadi frustasi,
tidak termotivasi untuk bekerja, namun yang bersangkutan tidak mau mengatasi
rasa jenuhnya itu pindah keperusahaan lain.
Adapun
ciri-ciri plato pasif yaitu:
a.
Kurang terlibat atau berminat dalam
kegiatan perusahaan.
b.
Tidak mampu meningkatkan kemapuan
dan keterampilan.
c.
Merasa diri tidak laku lagi dalam
bursa karyawan dan sudah dilupakan.
d.
Merasa diri sudah di atas tingkat
pekerjaan yang sekarang.
e.
Tidak menonjol pada tempat ia
bekerja.
Dari uraian di atas terlihat bahwa
perusahaan bahwa perusahaan amat mengetahui bahwa ada sebagian karyawannya yang
tengah terjangkiti oleh plato-plato tersebut. Karyawan yang tengah menderita
plato demikian jelas merugikan diri sendiri dan terlebih lagi merugikan
perusahaan.
Untuk itu walaupun beberapa jenis
plato tersebut ada yang menyenangkan dan tidak merugikan perusahaan, tetapi
plato yang merugikan perusahaan harus dihindari. Karena sumbernya dari
perusahaan maka perusahaanlah yang harus mengatasinya, terutama pimpinan yang
bersangkutan. Para pimpinan harus mencari jalan keluar, sehingga keadaan tidak
makin parah yang dapat merusak karyawan dan lebih-lebih lagi perusahaan harus
selalu memberi kompensasi mereka tanpa adanya prestasi pada perusahaan.
Menurut pendapat Gauzali Saydam
(1996:114) suatu proses pengembangan karier sumber daya manusia mendapatkan
hambatan karena faktor-faktor antara lain:
1.
Kekurangan biaya, karena
pengembangan karier menghendaki pendataan yang besar yang bisa menjadi tambahan
beban biaya bagi perusahaan.
2.
Kesukaran untuk menyusun pola pikir
yang tepat, karena belum jelas arah pengembangan karier.
3.
Kemampuan bagian sumber daya manusia
yang masih terbatas dalam menafsirkan hakikat pengembangan karier.
4.
Sulitnya menginvetarisasi para
karyawan yang tepat untuk pengembangan karier secara tepat.
Dari uraian di atas pengembangan
karier seorang karyawan tidak berarti melalui promosi saja atau peningkatan
kedudukan seorang karyawan dari yang rendah ke yang tinggi. Pengembangan karier
yang dimaksud adalah suatu perubahan yang diinginkan karyawan apabila berupa
kemajuan yang bersifat vertikal. Bersifat vertikal berarti mengubah status atau
eselon yang bersangkutan. Namun pengembangan karier dapat pula berupa mutasi,
baik mutasi tempat kerja (tour of area)
atau mutasi alih tugas (tour of duty).
Kegiatan-kegiatan pengembangan karier
dapat terhambat apabila perusahaan tidak memiliki cukup biaya, karena dengan
adanya pengembangan karier maka perusahaan akan mengeluarkan biaya yang besar,
karena diadakannya program pendidikan dan pelatihan, promosi dan mutasi.
Adapun perusahaan kesulitan untuk
menyusun pola karier yang tepat sehingga mengakibatkan karyawan tidak dapat
menyusun pola karier di masa yang akan datang dengan baik, karena karyawan
tidak memiliki arahan yang benar dari perusahaan. Kemampuan sumber daya perusahaan dalam menafsirkan
pengembangan karier dimasa yang akan datang akan menghambat karyawan untuk
melakukan pengembangan karier. Kesulitan untuk menginvertarisasi karyawan untuk
dipromosikan, karena perusahaan tidak memiliki rencana yang sistematis untuk
mempromosikan karyawannya.
Post a Comment