Analisis Fundamental.
Analisis
Fundamental.
Para pendukung pendekatan ini berpendapat bahwa suatu
sekuritas memiliki nilai intrinsik tertentu (nilai yang seharusnya). Nilai intrinsik suatu
sekuritas ditentukan oleh faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor fundamental tersebut dapat berasal dari dalam perusahaan
(emiten), industri maupun keadaan ekonomi makro. Analisis fundamental akan
membandingkan nilai intrinsik suatu sekuritas dengan harga pasarnya guna
menentukan apakah harga pasar sekuritas sudah benar-benar mencerminkan nilai
intrinsiknya atau belum. Berdasarkan hasil perbandingan tersebut, maka akan
ditentukan strategi investasi.
Ide dasar pendekatan ini adalah bahwa harga sekuritas
akan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan (misalnya tingkat penjualan dan laba
perusahaan). Kinerja perusahaan itu sendiri akan dipengaruhi oleh kondisi industri
dan perekonomian secara umum. Hal ini karena perusahaan berada dalam suatu
supra sistem, yaitu lingkungan. Jadi usaha untuk memperkirakan prospek suatu
sekuritas harus dikaitkan dengan faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhinya.
Analisis fundamental ini akan bergerak dari keadaan yang
umum ke keadaan yang lebih spesifik.
Analisis akan dimulai dengan memahami siklus usaha secara umum (perekonomian),
industri, dan akhirnya mengevaluasi kinerja perusahaan (emiten) dan sekuritas
yang diterbitkannya.
Analisis Siklus Usaha.
Berdasarkan
pengamatan pada harga-harga saham di pasar modal, diketahui bahwa harga saham
cenderung turun sebelum siklus usaha (business
cycle) memasuki masa resesi. Beberapa bulan sebelum mengalami penurunan
harga saham umumnya akan mencapai puncaknya.
Ada beberapa teori yang
mencoba menjelaskan fenomena tersebut. Teori pertama menyatakan bahwa perilaku
investor akan dipengaruhi oleh pengharapannya terhadap kondisi usaha di masa
yang akan datang. Jika mereka merasa bahwa akan terjadi resesi, maka mereka
akan menjual sekuritas yang dimilikinya pada saat itu juga. Hal ini dilakukan
untuk menghindar diri dari kerugian (capital
loss). Penjualan sekuritas oleh para investor akan menurunkan harga
keseimbangan sekuritas.
Teori lain yang
berusaha menjelaskan fenomena di atas dengan mengemukakan argumen yang
berlawanan. Mereka menyatakan bahwa perhatian investor akan ditujukan pada
keadaan saat ini (misalnya tingkat penjualan dan tingkat keuntungan
perusahaan). Apabila investor memiliki persepsi yang sama, maka mereka akan
melakukan tindakan yang sama pula (membeli, menahan, atau menjual sekuritas).
Hal ini dapat terjadi karena investor diasumsikan bersifat rasional.
Salah satu cara untuk mengikuti dan memperkirakan perubahan
harga sekuritas adalah dengan memperhatikan indeks pasar modal. Dari pengamatan
diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif antara harga sekuritas dengan
indeks pasar modal. Pada saat indeks pasar modal merambat naik, harga sekuritas
juga mengalami kenaikan. Dengan melihat perubahan pada indeks pasar, investor
secara tidak langsung telah mengikuti dinamika perekonomian secara umum.
Secara umum dapat dikatakan indikator ekonomi makro yang
baik akan menggairahkan dunia usaha sehingga investor dapat meramalkan perubahan
yang terjadi di pasar modal.
Analisis Industri.
Nilai
suatu sekuritas akan sangat di pengaruhi oleh tingkat penjualan dan laba
perusahaan, umumnya akan terkait dengan kondisi industri. Analisis industri
antara lain dengan memperhatikan siklus industri. Siklus industri itu sendiri
dapat dibagi dalam empat tahapan yaitu tahap pertumbuhan awal (initial growth), ekspansi, kejenuhan,
dan tahap pertumbuhan akhir.
·
Tahap Pertumbuhan Awal.
Tahap ini ditandai dengan tingkat pertumbuhan usaha yang tinggi. Keadaan ini selanjutnya akan
menarik perusahaan-perusahaan lain untuk memasuki industri tersebut. Akibatnya
iklim persaingan akan menjadi semakin ketat. Perusahaan yang tidak dapat
menyesuaikan diri dengan kondisi persaingan akan terdepak dari pasar.
·
Tahap Ekspansi.
Pada tahap ini, setelah
mengadakan serangkaian pembenahan dan konsolidasi, perusahaan-perusahaan yang
masih bertahan dalam industri akan melakukan ekspansi (misalnya menambah
kapasitas perusahaan dan mengadakan perluasan pasar). Apabila kegiatan ekspansi
itu berhasil maka perusahaan tersebut akan mendominasi pasar dan tetap
menikmati pertumbuhan yang tinggi.
·
Tahap Kejenuhan.
Tahap ini ditandai dengan
penurunan tingkat pertumbuhan akibat pasar sudah mulai memasuki tahap kejenuhan.
Usaha untuk memodifikasi produk yang sudah ada atau melakukan inovasi produk
baru, merupakan kunci untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan (penjualan dan
laba).
·
Tahap Pertumbuhan Akhir.
Tahap akhir siklus industri memiliki beberapa kemungkinan. Tingkat
pertumbuhan industri mungkin tetap bertahan pada tingkat semula, menurunkan
secara perlahan atau menurunkan secara drastis. Apabila kemungkinan terakhir
terjadi, maka agar tetap bertahan, perusahaan dalam industri tersebut harus
berusaha meningkatkan produktivitasnya.
Analisis Perusahaan Individual (Emiten).
Analisis
perusahaan individual antara lain dapat dilakukan dengan mengamati kinerja
fungsi-fungsi perusahaan dan kepemimpinan pada direksi. Dalam hal ini laporan
keuangan perusahaan memegang peranan penting. Dengan mengevaluasi laporan keuangan
perusahaan tersebut, analisis akan mengetahui perkembangan dan kondisi keuangan
perusahaan.
Investor
merasa perlu menganalisis keadaan perusahaan, karena kondisi keuangan
perusahaan akan mempengaruhi kemampuannya untuk membagikan dividen. Analisis
keuangan dapat dilakukan secara cross
sectional dan kurun waktu (time
series). Analisis
dapat menghitung rasio-rasio keuangan perusahaan baik yang berkaitan dengan
likuiditas, rentabilitas, efisiensi maupun struktur modalnya.
Faktor-faktor yang
dipertimbangkan dapat berupa hal-hal berikut:
·
Margin Laba.
Yaitu hasil usaha bersih dibandingkan dengan penjualan bersih. Hasil
apabila dikalikan 100, maka akan diperoleh angka persentase laba terhadap
penjualan. Perolehan angka ini berguna untuk dijadikan pembanding terhadap
margin laba yang telah diperoleh perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya.
·
EPS (Earning Per Share).
Merupakan perolehan dari
pembagian hasil bersih perusahaan setelah dikurangi bunga untuk hutang atau
obligasi serta dividen untuk saham preferen oleh jumlah saham biasa yang
dimiliki para pemegang saham. Namun tingginya EPS belum tentu memberikan
penghasilan yang tinggi bagi pemegang saham perusahaan. Pemegang saham menerima
pendapatan sebenarnya melalui pembayaran dividen yang dipengaruhi oleh
kebijakan perusahaan dalam RUPS atau menjual sahamnya pada tingkat harga yang
lebih tinggi daripada harga pembelian saham tersebut.
·
PER (Price Earning Ratio).
Yaitu harga pasar atau kurs saham dibagi dengan laba persaham. Angka indeks
cenderung bervariasi ada yang menggunakan tahunan ada pula yang lebih suka
menggunakan estimasi dari laba dalam tahun berjalan. Misalnya PER=8, itu
berarti bahwa investasi yang bersangkutan akan kembali dalam kurun waktu 8
tahun, atau besarnya laba per saham adalah 12,5%(100:8) dari harga saham. Perlu
diperhatikan jika yang digunakan adalah angka estimasi dari laba PER
berfluktuasi sambil waktu berjalan, karena ketergantungan pada persepsi pasar
mengenai antisipasi pertumbuhan laba.
·
Devidend Yield ( Hasil Dividen).
Yaitu biasanya dividen tahunan dibagi dengan harga pasar akan kurs yang
sedang berlaku. Banyak perusahaan yang ingin membuat para pemegang saham senang
dengan membagikan dividen yang tinggi, tetapi banyak pula yang ingin menahan
sebanyak mungkin labanya untuk mempermudah tercapainya pertumbuhan perusahaan.
Analisis
Fundamental.
Analisis
Fundamental.
Analisis
Fundamental.
Analisis
Fundamental.
Analisis
Fundamental.
Analisis
Fundamental.
Analisis
Fundamental.
Analisis
Fundamental.
Analisis
Fundamental.
Artikel yang menarik bro
ReplyDelete