Daya Tarik Fisik
Meskipun pemilihan isi pesan dan
penyampaian pesan sudah menarik, penampilan fisik sebuah pesan dalam iklan
harus pula diperhatikan. Terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi daya
tarik fisik yakni gambar atau ilustrasi, penggunaan warna, tipografi dan
tata-letak atau lay-out.
Sudiana (1986: 37) berpendapat bahwa
ilustrasi merupakan salah satu unsur yang sering digunakan dalam periklanan.
Ilustrasi sering dianggap sebagai bahasa universal yang mampu menembus
rintangan yang dibatasi bahasa dan kata-kata. Sudiana menyebutkan gambar dalam
sebuah iklan berfungsi untuk:
1. Menarik
perhatian khalayak
2. Merangsang
minat secara keseluruhan
3. Menonjolkan
keistimewaan salah satu produk
4. Menjelaskan
suatu pernyataan
5. Memenangkan
persaingan dalam menarik perhatian penonton diantara rentetan pesan dalam suatu
media yang sama
6. Menciptakan
suatu suasana yang khas
7. Mendramatisasi
pesan
8. Menonjolkan
suatu merek atau menunjang semboyan yang ditampilkan dalam sebuah iklan.
Gambar atau
ilustrasi bukan hanya sebagai hiasan yang menarik perhatian saja, tetapi
sebagai visualisasi gagasan pesan dalam iklan. Apabila tepat penggunaannya akan
sangat efektif dalam menyampaikan isi pesan iklan tersebut. Visualisasi sebuah
iklan merupakan gabungan beberapa elemen-elemen mulai headline, subheadline,
bodycopy, splash, closing, dan caption. Semuanya
dikomposisikan menjadi iklan yang menarik. Tidak hanya sekedar “asal tampil”
karena agar enak dilihat, tetapi disamping bisa memberikan kepuasan bagi
kreatornya lebih dari itu komunikatif bagi target audiencenya.
Pada dasarnya warna merupakan cahaya yang dipantulkan dari suatu objek
ke mata manusia. Penggunaan warna dalam iklan mempunyai peranan penting dalam
meningkatkan efektivitas komunikasi periklanan.
Warna membuat kekaguman pertama kali dari seseorang yang melihat objek
tertentu. Warna sering menangkap mata konsumen yang melihatnya, menjaga
perhatiannya dan merangsangnya untuk membeli.
Penerapan warna secara ilmiah bagi tujuan komunikasi antara lain:
1. Untuk identifikasi. Dalam beberapa hal, penggunaan
warna sebagai lambang atau tanda-tanda yang mengandung makna-makna tertentu
yang telah disepakati bersama.
2. Untuk menarik perhatian. Berbagai tes menarik
kesimpulan bahwa jumlah orang yang memperhatikan suatu pesan tercetak meningkat
dengan pemberian warna. Warna sebaiknya ditarapkan pada unsur yang paling
dominan atau patut ditimbulkan.
3. Untuk menimbulkan faktor psikologis. Warna dalam
suatu iklan atau lembaran tercetak lainnya, harus sesuai dengan suasana pesan.
Penggunaan warna yang menyelingkan kesejukan dan kesegaran secara silih beranti
akan memberikan suatu suasana antara foral dan ceria.
4. Untuk mengembangkan asosiasi. Orang akan mencoba
mempertalikan warna-warna tertentu dalam produk-produk tertentu.
5. Untuk membangun ketahanan minat. Ketika memaparkan
sesuatu, tidak jarang seseorang akan merujuk pada warnannya. Warna mengandung
nilai kenangan yang tinggi, suatu segi yang paling mudah dipateri dalam benak
khalayak.
6. Untuk menciptakan suasana yang menyenangkan.
Penggunaan warna mungkin dapat merebut perhatian awal komunikan. Apabila
keadaan tersebut tidak dikembangkan menjadi sebuah minat, maka khalayak yang
sibuk tidak akan meluangkan waktunya untuk penyerapan pesan (Sudiana, 1986: 37).
Selain itu, pemilihan dan pengaturan huruf atau lebih dikenal dengan
istilah tipografi, yang merupakan elemen fisik sebuah iklan yang memerlukan
perhatian yag tidak kalah pentingnya. Sehubungan dengan periklanan di media
cetak, Sudiana menyatakan bahwa setiap huruf tidak saja harus memuaskan dirinya
sendiri, tetapi yang lebih penting adalah tiap huruf darus dapat memuaskan
dalam pertalian dengan huruf-huruf tunggal lain (Sudiana, 1986: 59).
Tipografi adalah seni memilih jenis huruf, dari ratusan jumlah
rancangan atau desain jenis huruf yang tersedia, menggabungkannya dengan jenis
huruf yang berbeda, menggabungkannya dengan sejumlah kata yang sesuai dengan
ruang yang tersedia, dan memadai naskah untuk proses typsetting, menggunakan
ketebalan dan ukuran huruf yang berbeda (Jefkins, 1997: 248).
Huruf merupakan lambang grafis yang digunakan manusia untuk
berkomunikasi lewat wacana tertulis. Sebagai lambang grafis, huruf tetap
mewakili lambang tertentu. Makna itu dipahami penonton menangkap lewat
intepretasi terhadap bentuk huruf yang dilihat mata. Dengan demikian, huruf
sebagai lambang grafis mampu mempercepat penonton menangkap makna yang diwakili
setiap huruf. Namun, karena pemaknaan itu harus melalui pengidentifikasian oleh
mata terhadap bentuk huruf, persoalan yang muncul kemudian adalah bentuk huruf
yang bagaimana yang dapat membantu otak melalui mata bisa lebih cepat mengenali
makna setiap huruf.
Tipografi yang baik mengarah pada keterbacaan, kemenarikan dan desain
huruf tertentu dapat menciptakan gaya dan karakter atau menjadi karakteristik
subjek yang diiklankan.
Hal yang penting untuk dipertimbangkan dalam pemilihan jenis huruf
adalah legibility dan readability. Legibility adalah huruf yang
digunakan mudah dikenali mata penonton. Sedangkan readability merupakan
huruf yang digunakan, selain mudah terbaca, juga mempermudah penonton menangkap
makna informasi yang disampaikan (Siregar, 1999: 131).
Mengenai lay-out, Siregar menyebutkan bahwa sebuah tata letak
atau lay-out yang baik mampu membuat penontonnya menilai produk yang
ditawarkan merupakan produk yang bagus dan bukannya iklanya yang bagus
(Siregar, 1999: 131). Beberapa patokan dasar dalam merancang sebuah lay-out:
1.
Hubungan Kesatuan
Semua bagian dari suatu lay-out harus
menyatu guna membentuk keseluruhan lay out. Kesatuan bagian lay-out ini
dapat dikacaukan oleh suatu bahasan yang mengganggu, terlalu banyak jenis huruf
yang berbeda-beda berlawanan, warna yang didistribusikan, unsur-unsur yang
kurang proporsional, atau lay-out yang ‘semarak’ dengan bagian-bagian
yang membingungkan.
2.
Hukum keberagaman
Dalam suatu lay-out harus terdapat perubahan
seperi menggunakan jenis huruf tebal (bold) dan medium, atau juga
memanfaatkan ruang kosong dalam keseluruhan lay-out. Keberagaman juga
dapat dihasilkan dengan pemanfaatan gambar-gambar.
3.
Hukum keseimbangan
Mendasar sekali bahwa suatu iklan harus menampilkan
keseimbangan. Keseimbangan optis adalah sepertiga bagian bawah ruang iklan,
bahkan setengahnya. Suatu gambar atau headline mungkin memakan tempat
sepertiga, dan teks iklan dua pertiganya sehingga memenuhi syarat keseimbangan
optis. Keseimbangan simetris dapat dicapai dengan pembagian, sehingga suatu
rancangan dapat dibagi menjadi sebuah bagian yang sama, seperempat bagian, dan
seterusnya, tetapi kehati-hatian mesti tetap diterapkan untuk tidak membagi suatu
iklan menjadi dua bagian sehingga mengesankan mirip iklan yan terpisah.
4.
Hukum ritme
Meski iklan gratis, namun masih memungkinkan untuk
menimbulkan kesan gerakan, sehingga mata penonton dapat dibawa dan diarahkan
keseluruh bagian iklan. Suatu perangkat sederhana adalah memasukan teks pada
setiap awal paragraf. Namun demikian, aliran secara keseluruhan terhadap desain
mesti meyiratkan irama yang nyaman.
5.
Hukum harmoni
Lay-out iklan selayaknya tidak ada kekontrasan yang
menyolok, membosankan, serta menyentak kecuali hal itu merupakan hal yang
disengaja dilakukan seperti dalam iklan beberpa jenis toko tertentu atau iklan
yang mengharapkan respon secara langsung yang biasanya menggunakan taktik yang
mengejutkan dan bombastis.
6.
Hukum proporsi
Berkenaan dengan jenis huruf yang digunakan untuk
lebarnya naskah atau copy iklan: semakin lebar suatu naskah (atau ukuran)
semakin besar ukuran huruf yang harus digunakan
7.
Hukum skala
Jarak pengelihatan tergantung pada skala warna dan
nada, beberapa tampak kurang menyolok, serta yang lain tampak terlalu menyolok.
Warna-warna pucat pastel, merupakan warna yang kurang meyolok, sedangkan warna
menyolok ditampakkan oleh warna primer. Warna hitam lebih tampak oleh mata
daripada warna abu-abu dan warna merah adalah warna yang paling dominan.
8.
Hukum penekanan
Aturannya adalah bila semua ditonjolkan maka yang
terjadi adalah tidak ada yang ditonjolkan (all emphasis is no emphasis)
seperti yang terjadi bila terlalu banyak jenis huruf tebal yang digunakan atau
terlalu banyak huruf kapital yang digunakan. Satu kalimat yang ditulis dalam
kombinasi huruf besar dan kecil lebih mudah dibaca daripada satu kalimat yang
semuannya ditulis dengan huruf besar. Sebuah iklan dapat dibuat sehingga tampak
menarik, jika ada penekanan seperti jenis huruf tebal atau misalnya kata-kata
tertentu diberi penekanan dengan menggunakan warna lain (Jefkins, 1997: 245).
Post a Comment