Konsep Tentang Citra dan Kaitannya dengan Sikap
James G. Hutton (dalam Arabi, 1996: 14)
mendefinisikan citra sebagai:
“the net result of the interaction of all experience, impressions,
belief, feeling and knowledge that people have about an object.”
(citra
adalah hasil interaksi antara keseluruhan pengalaman, kesan, kepercayaan,
perasaan dan pengetahuan individu terhadap objek)
Konsep ini yang menjadi dasar peneliti untuk mengukur citra ke dalam
beberapa dimensi seperti: pengalaman, kesan, kepercayaan, perasaan dan
pengetahuan seseorang terhadap sebuah objek.
Citra memiliki korelasi dengan sikap. Dalam
dimensi citra terkandung unsur-unsur kognisi yang meliputi: kepercayaan,
pengetahuan dan pengalaman, dan unsur-unsur afeksi seperti: perasaan dan kesan.
Sedangkan dimensi sikap itu sendiri terdiri dari kognitif (kepercayaan,
pengetahuan dan konsep), afektif atau perasaan (bobot emosional individu pada
objek), dan konatif atau kecenderungan berprilaku. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa citra dapat menentukan suatu perubahan sikap. Pernyataan
tersebut didukung dengan pendapat Kotler (1997: 607) yang menyatakan bahwa:
“Image is the set of belief,
ideas and impressions a person holds regarding an object. People’s attitudes
and actions toward an object are highly conditioned by that’s object image”
(citra adalah seperangkat
keyakinan, ide da kesan seseorang terhadap suatu objek tertentu. Sikap dan
tindakan seseorang terhadap suatu objek akan ditentukan oleh citra objek
tersebut yang akan menampilkan kondisi terbaiknya).
Dengan
kata lain, citra mempengaruhi terjadinya sikap. Implikasinya adalah pengalaman,
pengetahuan dan kepercayaan adalah dimensi citra dan merupakan komponen kognisi
dalam sikap. Kognisi merupakan citra individu tentang lingkungannya, dan
dijelaskan melalui pernyataan berikut ini:
“Citra
tentang lingkungan pada setiap orang bersifat bersifat individual, tidak ada
dua orang yang mempunyai dunia kognitif yang persis sama. Citra ini dipengaruhi
oleh berbagai hal, yaitu:
- Lingkungan
fisik dan sosialnya
- Struktur
fisiologisnya
- Keinginan-keinginan
dan tujuannya
- Pengalaman
masa lalunya.” (Sunarto, 2004: 13)
Dari pernyataan diatas,
dapat disimpulkan bahwa kondisi individu ditentukan oleh stimulus dari
lingkungan, keinginan individu yang merupakan cerminan dari kepercayaan atas
nilai-nilai yang dianutnya dan pengalaman yang didapat dari proses belajar
sehingga menimbulkan pengetahuan.
Perubahan kognisi dapat dipengaruhi
oleh beberpa faktor seperti perubahan informasi, keinginan individu,
karakteristik sistem kognitif yan dimiliki dan faktor kepribadian individu itu
sendiri (Sunarto, 2004: 15-17).
Sedangkan perasaan dan kesan adalah
dimensi citra yang termasuk dalam komponen afeksi dalam sikap dan merupakan
bobot emosional individu pada objek. Pada akhirnya, bobot emosional ini dapat
memberi karakter mendorong, mendesak dan memotivasi pada sikap.
Dengan demikian citra memiliki
kerterkaitan eret dengan sikap. Citra individu terhadap suatu objek, yang
berasal dari stimulus internal dan eksternal, dapat mempengaruhi terjadinya
pembentukan dan perubahan sikap.
Berikut ini adalah penjelasan tentang dimensi-dimensi
dalam citra menurut James G. Hutton (dalam Arabi, 1996: 14) yang terdiri dari
pengalaman, kesan, kepercayaan, perasaan dan pengetahuan, yang dikutip dari
berbagai sumber yang relevan. Hal ini dilakukan mengingat keterbatasan
penjelasan tentang indikator dari masing-masing dimensi citra dari Hutton.
·
Pengalaman (Experience)
Pengalaman
merupakan setiap titik interaksi antara konsumen dengan produk, teknologi dan
SDM perusahaan, yang menimbulkan kesan di benak konsumen (Juwono, 2003: 63).
Sedangkan menurut Deddy Mulyana, pengalaman merupakan pola-pola prilaku manusia
berdasarkan persepsi mereka mengenai realitas (sosial) yang telah dipelajari.
Persepsi manusia terhadap seseorang, objek, atau kejadian dan reaksi mereka
terhadap hal-hal itu berdasarkan pengalaman (dan pembelajaran) masa lalu mereka
yang berkaitan dengan orang, objek atau kejadian serupa (Mulyana, 2005: 176).
Dengan kata lain, secara ringkas
pengalaman dapat didefinisikan sebagai sekumpulan kesan yang terbentuk yang dan
dialami oleh individu selama berinteraksi dengan objek atau individu lainnya.
·
Kesan (Impression)
Kesan merupakan penilaian yang diberikan
oleh komunikasi pada komunikator berdasarkan petunjuk yang diberikan, yang
disebut oleh Erving Goffman (dalam Rakhmat, 2005: 96) sebagai proses
pengelolaan kesan (impression management) yang terdiri dari: (1) Panggung
(setting), yang meliputi ruang dan benda yang digunakan; (2) Penampilan
(appearance), berarti menggunakan petunjuk artifaktual, yang diperlihatkan
melalui cara berpakaian untuk menunjukan kesan tertentu; (3) Gaya bertingkah
laku (manner), yang ditunjukan oleh ekspresi wajah, postur, gestur, dan kontak
mata pada saat individu berkomunikasi.
·
Kepercayaan (Beliefs)
Menurut Solomon
E. Asch (dalam Rakhmat, 2005: 42), kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan,
kebutuhan, dan kepentingan. Sementara itu, Hohler menambahkan bahwa kepercayaan
adalah komponen kognitif dari faktor sosiopsikologis. Kepercayaan di sini tidak ada hubungannya
dengan hal-hal yang gaib, tetapi hanyalah “keyakinan bahwa sesuatu itu ‘benar’
atau ‘salah’ atas dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman atau intuisi”. Jadi
kepercayaan dapat bersifat rasional maupun irrasional (Rakhmat, 2005: 42).
Kepercayan
mutlak diperlukan agar suatu relasi tumbuh dan berkembang. Menurut Johnson,
kepercayaan meliputi unsur-unsur sebagai berikut:
1. Kita
berada dalam situasi dimana pilihan untuk mempercayai orang lain dalat
menimbulkan akibat-akibat yang menguntungkan maupun merugikan bagi aneka
kebutuhan dan tujuan atau kepentingan kita, jadi mempercayai mengandung sebuah
resiko
2. Akibat-akibat
yang menguntungkan atau merugikan tersebut tergantung pada prilaku orang lain
3. Penderitaan karena akibat yang merugikan akan
lebih besar dibandingkan manfaat karena akibat yang menguntungkan.
4. Kita
punya cukup keyakinan bahwa orang lain akan bertingkah laku sedemikian rupa
sehingga yang timbul adalah akibat-akibat yang menguntungkan (Supratikna, 1995:
26).
Untuk membangun sebuah relasi, dua orang harus
saling mempercayai. Hal ini dilakukan pada saat menentukan dimana mereka harus
mengambil resiko dengan cara saling mengungkapkan lebih banyak pikiran,
perasaan dan reaksi mereka terhadap situasi yang tengah mereka hadapi dengan
cara saling menunjukan penerimaan, dukungan dan kerjasama. Saling percaya dibangun
lewat resiko dan peneguhan, serta dihancurkan oleh lewat resiko dan penolakan.
Kepercayaan tidak mungkin timbul tanpa resiko dan relasi tidak akan mengalami
kemajuan tanpa kepercayaan.
·
Perasaan (Feeling)
Menurut Sunarto
(2004: 31) yang dimaksud dengan komponen perasaan atau afektif adalah:
“Komponen perasaan mengacu pada
emosi-emosi yang dikaitkan pada suatu objek. Suatu objek dirasakan
meneyenangkan atau tidak menyenakan, disukai atau tidak disukai. Bobot
emosional inilah yang memberi karakter mendorong, mendesak, dan memotivasi pada
sikap.”
Masih menurut sumber yang sama, valensi
atau derajat komponen parasaan dapat bervariasi dari valensi positif yang
ekstrim sampai valensi negatif yang ekstrim untuk menyerang dan menghancurkan.
positif berarti menyukai dan negatif berarti tidak suka terhadap suatu objek.
·
Pengetahuan (knowledge)
Berikut adalah beberapa definisi tentang pengetahuan
atau kognisi yang dikutip dari berbagai sumber:
“Cognition is the amount if information
a person has of the object. If he has a lot of information, then his knowledge
about the object is detailed and through. His evaluation of the object based on
his knowledge would form the basis of his belief.”
(pengetahuan
merupakan keseluruhan informasi yang dimiliki individu terhadap suatu objek.
Jika individu memiliki banyak informasi, maka pengetahuannya mengenai objek
akan detail dan cermat. Evaluasi dirinya terhadap objek ditentukan oleh
pengetahuan yang berdasar pada kepercayaan dirinya) (Arabi, 1996: 14)
Sedangkan menurut Sunarto (2004: 30), pengetahuan
merupakan salah satu komponen kognitif dari suatu sikap yang terdiri atas belief (meliputi pemahaman, pengetahuan,
konsep) individu tentang suatu objek sikapnya. Komponen kognitif dapat
bervariasi dari pengetahuan minimal tentang suatu objek, sekedar untuk dapat
mengenali dan membedakannya dari objek-objek lain sampai pada pengetahuan yang
lengkap tentang objek tersebut.
Post a Comment