Dasar Falsafah dan Prinsip-Prinsip Human Relations
Tiap orang berbeda kebutuhan dan
keinginannya. Ia bekerja di suatu badan dengan harapan, salah satu kebutuhannya
akan terpenuhi, sehingga ia akan mendapatkan kepuasan. Untuk mencapai kerjasama
yang seefektif-efektifnya antara orang-orang tadi, sehingga badan itu
memperoleh hasil yang produktif sebagaimana yang diharapkan, perlu sekali untuk
diciptakan suasana lingkungan kerja yang dapat memberi kepuasan secara
keseluruhan pada orang-orang itu. Sehubungan dengan hal itu, perlu diperhatikan
bahwa tiap orang yang bekerja mempunyai dua peranan. Ia bekerja sebagai
individu dan sebagai anggota kelompok. Bagi
manajemen hanya ada dua motivasi yang ada hubungannya dengan para
pegawai yaitu: menyadarkan para pegawai bahwa
kegiatan yang dikehendaki di
badan itu hasilnya akan
memenuhi kebutuhan para pegawai dengan lebih memuaskan daripada
diwaktu yang lampau. Atau menyadarkan mereka untuk mengikuti segala
kegiatan guna menghindarkan kemerosotan hasil yang harus dicapai, yang dapat membawa akibat
buruk bagi para pegawai. Kebutuhan mereka tidak akan terpenuhi lagi.
Kebutuhan/kepuasan ini dapat terpenuhi dalam wujud uang gaji, kenaikan
golongan, diserahi jabatan, diberi surat pujian, tanda kehormatan, dan
sebagainya.
Oemi Abdurachman (2001:82) mengatakan
bahwa yang menjadi dasar falsafah human relations adalah sebagai
berikut:
a. Mutual interest (kepentingan bersama)
b. Perbedaan-perbedaan pada individu
c. Human dignity (harga diri)
ad. a. Mutual Interest (kepentingan bersama)
Antara yang memimpin dengan yang dipimpin dan antara
orang-orang yang dipimpin sendiri (pegawai) harus ada “mutual interest”
atau kepentingan bersama. Bila hal ini tidak ada, maka usaha untuk mengumpulkan
orang-orang dalam suatu wadah atau badan dan menciptakan kerjasama tidak akan
ada faedahnya sama sekali. Juga antara orang-orang yang dipimpin (pegawai)
harus ada kerjasama demi tercapainya tujuan masing-masing. Pengertian tujuan
masing-masing dalam hal ini, karena tiap orang mempunyai tujuan dan kebutuhan
yang berbeda-beda, tapi mereka sama-sama mempunyai kepentingan yang dapat
tercapai didalam wadah/badan itu. Dengan demikian mereka akan merasa terdorong
untuk menghadapi dan memecahkan segala sesuatu masalah bersama-sama. Pemimpin
tidak akan mencapai tujuan tanpa bantuan para pegawainya. Demikian pula para
pegawai tidak akan dapat melakukan kegiatan-kegiatan teratur, bahkan mereka
akan merupakan kelompok yang tidak terorganisir, tanpa leadership yang
baik. Tujuan atau sukses hanya dapat tercapai, bila pimpinan dan para bawahan
dapat bersatu dalam memperjuangkan kepentingan bersama.
ad.
b. Perbedaan-perbedaan pada individu
Tiap individu berbeda dengan yang lainnya dan
perbedaan-perbedaan yang ada tiap orang merupakan hal yang penting sekali
didalam kehidupan manusia. Semenjak lahirnya, manusia merupakan hal yang unik.
Di dalam penghidupannya dari hari ke hari, karena hubungannya dengan
orang-orang, dengan bermacam-macam benda, maka berbagai hal tadi merupakan
sebagian dari pengalaman-pengalaman. Oleh karena itu para pegawai dapat merasa
puas dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, mereka harus diperlakukan
berdasarkan perbedaan-perbedaan tadi. Karena perbedaan-perbedaan yang ada pada
individu. Kelompok merupakan nomor dua, sebab tanpa ada individu-individu
kelompok itu tidak akan terwujud, kelompok tidak akan mempunyai kekuatan
sebelum individu-individu yang ada di dalamnya mengadakan kegiatan.
ad. c. Human dignity (harga diri)
Human dignity merupakan suatu etika dan dasar moral
bagi human relations. Hasil penyelidikan mengenai “personal want”
telah menunjukkan, bahwa tiap manusia ingin diperlakukan dengan respect,
dengan dignity, ingin diperlakukan sebagai “human being”
(manusia). Ini disebabkan karena manusia itu mempunyai harga diri. Mengenai human
dignity, Perancis telah memberikan laporan pada suatu “International
Management Conference” tentang : “Bagaimana cara menghargai orang”.
Dikemukakannya: “Tiap pekerjaan, bagaimana sederhananya orang mengerjakannya,
harus diakui. Juga penting untuk mengintegrasikan pegawai itu ke dalam
lingkungan kerja dan mempunyai peranan dalam badan itu.
Agar human relations dalam suatu organisasi
berhasil dengan baik, perlu memperhatikan dan menerapkan prinsip-prinsip human
relations secara konsisten. Mengenai prinsip-prinsip human
relations, Musanef (1992:67-79)
mengemukakan prinsip-prinsip dari human
relations yaitu sebagai berikut:
1. Harus
diusahakan adanya sinkronisasi antara tujuan organisasi dengan tujuan-tujuan
individu dalam organisasi tersebut;
2. Suasana
kerja yang menarik dan tidak memperlakukan bawahan sebagai mesin;
3. Informalitas
dalam hubungan kerja;
4. Mengembangkan
kemampuan bawahan sampai tingkat semaksimal mungkin menurut batas-batas
kemampuan yang bersangkutan dan kemampuan anggaran serta kebutuhan organisasi;
5. Menghindari
pekerjaan-pekerjaan yang bersifat rutin;
6. Pengakuan
dan penghargaan atas pelaksanaan tugas dengan baik;
7. Pemenuhan
adanya sarana dan perlengkapan dalam organisasi menurut kebutuhan;
8. The right man and the right place,
penempatan pegawai yang sesuai dengan keahliannya;
9. Balas
jasa harus setimpal dengan jasa yang diberikan
Selanjutnya Oemi Abdurachman (1993:85-87)
mengemukakan pula prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam pelaksanaan human relations pada suatu organisasi
yaitu:
1. Importance of individual (pentingnya
individu);
2. Mutual acceptance (saling menerima);
3. Common interest (kepentingan bersama);
4. Open communication (komunikasi terbuka);
5. Partisipasi
pegawai;
6. Local identify (identitas setempat);
7. Local decision (keputusan setempat);
8. High moral standard (ukuran moral yang
tinggi)
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1.
Importance
of individual (pentingnya individu), diartikan bahwa suatu organisasi harus
memperhitungkan perasaan pegawai, mengakui dan memperhatikan pentingnya
pegawainya.
2.
Mutual
acceptance (saling menerima), diartikan bahwa pimpinan, bawahan, dan juga
organisasi harus bersatu, satu sama lainnya harus saling menerima sebagai
individu dan kelompok yang saling menghargai dan menghormati tugas serta
kewajibannya.
3.
Common
interest (kepentingan bersama), diartikan bahwa pimpinan dan bawahan
terikat dalam suatu kepentingan bersama, mereka bersatu untuk mencapai
keberhasilan dalam pekerjaannya dan terjaminnya kebutuhan setiap individu.
4.
Open
communication (komunikasi terbuka), dimaksudkan adanya komunikasi terbuka mengenai
ide, perasaan dan segala sesuatu yang menyangkut kepentingan bersama dengan
cara komunikasi yang sifatnya terbuka dan dapat menimbulkan pengertian yang
lebih baik, serta menghasilkan keputusan yang lebih tepat.
5.
Partisipasi pegawai mengandung arti bahwa,
dengan adanya keseimbangan dalam pandangan serta segala masalah yang dihadapi
dan dipecahkan bersama-sama, maka hasilnya akan lebih efisien.
6.
Local
identify (identitas setempat), maksudnya bahwa pujian yang diberikan secara
tepat pada seseorang dan orang itu merupakan bagian dari organisasi dimana dia
bekerja, sehingga ia akan merasa mempunyai dan dipunyai dalam organisasi
tersebut.
7.
Local
decision (keputusan setempat), artinya memberikan wewenang kepada
orang-orang di dalam organisasi tersebut untuk memecahkan problema-problema
yang langsung timbul di tempat mereka.
8.
High moral
standard (ukuran moral yang tinggi), mengandung arti bahwa kebenaran dan
keadilan mengenai sesuatu tindakan dapat disebut benar dan adil bila didasarkan
pada moralitas dan hak-hak asasi manusia.
Berdasarkan uraian tersebut dapat
dikatakan bahwa apabila pelaksanaan human
relations dalam suatu organisasi telah dilaksanakan dengan menggunakan
prinsip-prinsip human relations yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan organisasi akan lebih mudah tercapai.
Post a Comment