Bentuk-bentuk Pengembangan Karir
Manajemen
perusahaan tidak akan banyak manfaatnya apabila tidak didukung oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian tujuan
perusahaan. Manajemen bank juga sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara
lain, yaitu sumber daya manusia (SDM), kepemimpinan dan sistem informasi. SDM
merupakan unsur yang paling penting bila dibandingkan dengan sumber-sumber
organisasi lainnya, seperti uang, material, mesin dan sebagainya. Suatu
perusahaan yang memiliki dan menggunakan teknologi tinggi sekalipun, apabila
tidak didukung oleh SDM yang profesional, berpengalaman, berpendidikan dan
tidak memiliki motivasi kerja yang tinggi, niscaya tidak akan mampu mencapai
tujuan perusahaan secara optimal.
Dengan
demikian manajemen suatu perusahaan, khususnya perusahaan perbankan, dituntut
untuk mau dan mampu mengelola SDM-nya dengan baik, dimana dilakukan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengendalian
SDM. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mangkunegara (2000;2)
sebagai berikut:
“Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan suatu
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan dan pengawasan
terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan
dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi”.
Dari
pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa terdapat beberapa hal pokok dalam
manajemen sumber daya manusia yang berkaitan erat dengan fungsi-fungsi
manajemen, yaitu perencanaan SDM, seleksi dan orientasi SDM, pengembangan SDM,
manajemen karir, penilaian prestasi kerja, kompensasi dan pemutusan hubungan
kerja.
Sebagimana
dikemukakan di atas, salah satu fungsi dari manajemen sumber daya manusia
adalah manajemen karir. Proses interaksi manusia di dalam lingkungan selalu
diwarnai oleh berbagai kebutuhan, termasuk proses interaksinya di dalam suatu
perusahaan. Salah satu hal penting yang berkaitan dengan SDM di dalam
perusahaan adalah menyangkut pengembangan karir. Pengemabangan karir dalam
perusahaan biasanya diatur melalui suatu ketentuan dan tidak jarang berlangsung
sangat ketat serta melalui suatu seleksi yang sangat sistematis.
Siagian
(1984;66) yang mengemukakan bahwa:
“Terbukanya kesempatan untuk menaiki berbagai anak
tangga karir dalam suatu organisasi mempunyai arti motivasional yang sangat
penting, bukan semata-mata karena imbalan jasa yang bersifat finansial yang
akan diperoleh semakin besar jumlahnya apabila seseorang meraih kemajuan dalam
karirnya, akan tetapi karena peningkatan karir itu berupa penghargaan atas
kemampuan, disiplin kerja dan produktifitas seseorang yang mempunyai dampak
psikologis yang amat positif terhadap pemanfaatan sumber daya manusia di dalam
suatu organisasi”.
Dalam upaya menghadapi laju pertumbuhan dan pembangunan
suatu perusahaan yang sangat kompleks, dibutuhkan tersedianya suatu sistem
manajemen yang mampu membantu penentuan kebijaksanaan dalam menentukan karier
seseorang yang selanjutnya akan berpengaruh pada sistem penggajian. Untuk
sampai pada tercapainya visi, misi dan tujuan organiasi secara umum melalui
penerapan pengembangan karir, diperlukan dukungan perencanaan karir yang baik.
Banyak
ahli manajemen, khususnya manajemen SDM yang mengemukakan tentang pentingnya
pengembangan karir pegawai, baik pada kantor pemerintah maupun swasta.
Pengembangan karir ini dimaksudkan agar para karyawan memiliki jenjang karir
yang sesuai dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan pengalamannya. Apabila
tidak dilakukan pengembangan karir, maka karir karyawan akan terhambat yang
pada akhirnya akan berdampak pada kualitas kerjanya. Dengan dilakukannya
pengembangan karir, diharapkan terwujud suatu efektivitas kerja yang
diinginkan.
Pengembangan
karir adalah proses pelaksanaan (implementasi) perencanaan karir, dimana hal
ini dilakukan melalui dua cara yakni cara diklat dan non diklat (Irawan et.
al., 1997;176). Pengertian lain mengenai pengembangan karir dikemukakan oleh
Nawawi (1998;289) sebagai berikut:
“1. Pengembangan
karir adalah suatu rangkaian (urutan) posisi atau jabatan yang ditempati
seseorang selama masa kehidupan tertentu.
2. Pengembangan
karir adalah perubahan nilai-nilai, sikap dan motivasi yang terjadi pada
seseorang karena dengan penambahan/peningkatan usianya akan menjadi semakin
matang.
3. Pengembangan
karir adalah usaha yang dilakukan secara formal dan berkelanjutan dengan
difokuskan pada peningkatan dan penambahan kemampuan seorang pekerja”.
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pengembangan karir selain merupakan salah satu
fungsi manajemen yang harus dilakukan oleh perusahaan, juga melibatkan
kepentingan masing-masing individu karyawan. Di samping itu, pengembangan karir
akan meningkatkan kemampuan individu karyawan yang menjadi salah satu faktor
pendukung tercapainya tujuan organisasi. Menurut Moekijat (1995;103) yang
mengutip pendapat Edwin B. Flippo, program pengembangan karir yang direncanakan
dengan baik mengandung tiga unsur pokok, yaitu:
“1.
Membantu karyawan dalam menilai kebutuhan karir internnya sendiri.
2. Mengembangkan
dan memberitahukan kesempatan-kesempatan karir yang ada dalam organisasi.
3. Menyesuaikan
kebutuhan dan kemampuan karyawan dengan kesempatan-kesempatan karir”.
Pengembangan karir seorang karyawan
berkaitan erat dengan kodratnya sebagai manusia (baik sebagai individu maupun sebagai
makhluk sosial) yang mempunyai berbagai macam kebutuhan, baik kebutuhan
material/kebendaan maupun kebutuhan non-material. Sedarmayanti (1995;29)
mengklasifikasikan kebutuhan manusia tersebut dalam tingkatan kebutuhan
(hierarki kebutuhan) sebagaimana yang dikemukakan oleh Abraham H. Maslow
sebagai berikut:
Adanya
program pengembangan karir karyawan yang dilaksanakan dengan baik akan
mendorong karyawan untuk bekerja dengan baik pula. Dengan kata lain, motivasi
kerja karyawan akan meningkat. Motivasi adalah
proses psikologis yang mendasar dan merupakan salah satu unsur yang dapat
menjelaskan perilaku seseorang. Dalam suatu perusahaan, motivasi merupakan salah
satu faktor penentu dalam mencapai tujuan perusahaan. Setidaknya terdapat tiga
elemen utama yang menjadi ciri motivasi, yaitu:
1. Sesuatu yang menggerakkan perilaku manusia;
2. Sesuatu yang mengarahkan perilaku tersebut; dan
3. Bagaimana tingkah laku ini dapat dipertahankan.
Menurut
Amstrong dan Murlis (1994), motivasi kerja dibedakan menjadi dua, yaitu
motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal adalah motivasi
yang tumbuh dalam diri seseorang karena melakukan pekerjaan yang memuaskan
kebutuhan atau membawanya mencapai tujuan, misalnya tanggung jawab, kebebasan
bertindak, lingkup penggunaan dan pengembangan ketrampilan dan kemampuan,
pekerjaan yang menarik dan menantang serta kesempatan untuk mendapatkan
kemajuan. Motivasi eksternal adalah motivasi yang tumbuh karena faktor
eksternal misalnya gaji, kedudukan dan sebagainya. Motivasi eksternal bersifat
langsung dan memberikan pengaruh yang kuat, tetapi tidak akan bertahan lama.
Sedangkan motivasi internal mempunyai pengaruh yang lebih lama karena melekat
pada jiwa seseorang.
Post a Comment