Indikator Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Indikator Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Edwin B.Flippo, memberikan indikator-indikator dari keselamatan dan
kesehatan dalam bukunya “Manajemen
Personalia”, yang diterjemahkan oleh Moh. Masud adalah
sebagai berikut:
A.
Program Keselamatan
1.
Dukungan Manajemen Puncak
Manajemen
puncak harus memberikan dukungan aktif pada program keselamatan agar program
itu dapat tetap hidup dan menjadi efektif. Manajemen harus banyak memberikan
perhatian, bukan hanya sekedar basa-basi (lip service) belaka. Dukungan
manajemen ditandai dengan kehadiran secara pribadi pada rapat-rapat yang
membahas keselamatan, pemeriksaan-pemerikasaan pribadi secara periodic,
penekanan pada laporan-laporan tetap tentang keselamatan, dan pencantuman
angka-angka keselamatan dan prestasi bidang keselamatan pada agenda rapat dewan
direktur perusahaan.
2.
Direktur Keselamatan
Untuk memulai
setiap program dengan baik, seseorang harus diberi tanggungjawab utama untuk
peresmian dan pemeliharaannya. Pada perusahaan besar biasanya diangkat seorang
direktur staff keselamatan, yang harus bisa menerapkan keseimbangan anatara
pendekatan personalia dengan pendekatan rekayasa. Dalam beberapa perusahaan,
hubungan antara direktur keselamatan dengan para karyawan lini
difungsionalisasikan yaitu direktur itu mempunyai wewenang untuk mengeluarkan
dan melaksanakan perintah-perintah dalam bidang keselamatan yang fungsional.
3.
Rekayasa
Rekayasa yang
sehat dan berorientasi ke masa depan harus menjadi syarat pokok dari setiap
usaha keselamatan. Pengakuan atas fakta ini ditunjukan melalui penilaian skedul
(schedule rating) yang ditentukan oleh banyak undang-undang kompensasi pekerja
negara bagian. Tempat-tempat kerja harus bersih, diterangi dengan baik, dan
diberi ventilasi dengan tepat. Alat-alat mekanis untuk penanganan bahan-bahan
harus disediakan. Semua peralatan yang bebahaya harus ditempatkan sejauh
mungkin.
4.
Pendidikan
Sebagian
besar program keselamatan harus mengutamakan proses pendidikan karyawan untuk
bertindak, berpikir, dan bekerja dengan aman. Banyak cara yang dapat ditempuh
dalam proses pendidikan ini diantaranya:
a.
Pelantikan para karyawan baru
b.
Penekanan titik-titik keselamatan selama sidang-sidang
pelatihan, khususnya dalam pelatihan ditempat kerja
c.
Usaha-usaha ksusus yang dilakukan oleh penyelia tingkat
pertama
d.
Pembentukan komite keselamatan karyawan
e.
Pengadaan rapat-rapat khusus tentang keselamatan
karyawan
f.
Penggunaan majalah perusahaan
g.
Bagan-bagan, poster, dan peragaan yang menekankan
kebutuhan untuk bertindak dengan aman
Semua
pendekatan diatas harus dapat digunakan secara efektif. Jika keselamatan adalah
tujuan utama dari suatu organisasi, maka saat untuk memulai pendidikan
keselamatan adalah selama proses pengangkatan. Sebagian dari prosedur
pelantikan dapat digunakan untuk menjelaskan kebijakan dan peraturan
keselamatan perusahaan.
5.
Pengadaan dan Penyimpanan Catatan
Pengadaan dan
penyimpanan data atau catatan yang teliti sehubungan dengan jumlah kecelakaan,
penyakit yang ditimbulkan pekerjaan, dan hilangnya hari-hari kerja, sangat
penting untuk dilakukan oleh seseorang atau pimpinan perusahan. Dengan demikian
maka system keselamatan kerja secara langsung maupun tidak langsung akan
berjalan sesuai dengan keinginan semua pihak.
6.
Analisis Kecelakaan
Kecelakaan
adalah suatu peristiwa yang tidak direncanakan dan harus dianalis dari segi
biaya dan sebab-sebabnya. Pada saat para karyawan menyadari sepenuhnya
biaya-biaya kecelakaan yang sebenarnya, mereka menjadi lebih sangat prihatin
dengan analisis dan pencegahan kecelakaan. Sebab-sebab kecelakaan dapat dibagi
kedalam dua kategori, yakni:
a.
Kategori dengan kekurangberesan pabrik, perlengkapan,
peralatan, bahan-bahan, dan lingkungan kerja umum. Hal ini sebagian besar dapat
diatasi dengan rekayasa (engineering).
b.
Kategori yang bersifat manusiawi berkaitan dengan
kekurangbecusan individu, seperti misalnya sikap yang kurang tepat,
kesembronoan, kenekadan, ketidakmampuan untuk melakukan pekerjaan, kemelamunan,
kecanduan alcohol, dan penggunaan obat-obat terlarang ditempat kerja.
Analisis atas
catatan ini dapat menunjukan sebab-sebab yang mendasarinya yang tidak jelas
dalam satu kecelakaan manapun.
7.
Kontes keselamatan
Kontes atau
perlombaan keselamatan dapat dianggap sebagai bentuk pendidikan karyawan.
Manfaat yang diperoleh dari hal tersebut adalah adanya penurunan tingkat
kecelakaan sebagai akibat dari pelaksanaan kontes tersebut. Hal ini diharapkan
dapat menjadi perangsang untuk mencegah terjadinya kecealakaan.
8.
Pelaksanaan
Pendekatan
pokok pada suatu program keselamatan pada hakikatnya haruslah tidak bersifat
positif (tidak menghukum), tetapi adalah naïf untuk mrngatakan bahwa tidak ada
gunanya tindakan disipliner. Manusia berbeda-beda, dan bagi beberapa orang
hanya pendekatan negatiflah yang merangsang perilaku yang diinginkan. ,
peringatan, denda, pemberhentian sementara, dan pemecatan dalam keadaan
tertentu sangat tepat digunakan untuk mengefektifkan suatu program keselamatan.
B.
Program Kesehatan
1.
Kesehatan Jasmani
Penyediaan
program-program kesehatan dan pengobatan, sudah menjadi kebiasaan dalam
sebagian besar perusahaan untuk meletakan fungsi ini pada unit keselamatan,
seperti pemeriksaan jasmani pra penempatan, pemeriksaan jasmani secara berkala
dan adanya klinik medis yang mempunyai staf dan perlengkapan yang baik.
2.
Kesehatan Mental
Dasar
pemikiran bagi suatu program kesehatan mental perusahaan sama halnya dengan
program pemeliharaan kesehatan jasmani. Penyakit mental dapat diakibatkan
melalui alkoholoisme, tingkat kecelakaan yang tinggi, pertukaran tenaga kerja
yang tinggi, dan hubungan-hubungan kemanusiaan yang jelek. Telaah-telaah telah
menunjukan bahwa orang yang sakit secara emosionalmempunyai lebih banyak
kecelakaan dan pelanggaran keselamatan, mengajukan lebih banyak keluhan, dan
lebih sering diberhentikan daripada para pekerja yang sehat.
(1995;257).
Post a Comment