Hubungan Program Pemberian Kesejahteraan terhadap Loyalitas Karyawan
Hubungan Program Pemberian Kesejahteraan
terhadap Loyalitas Karyawan
Perilaku manusia tidak hanya disebabkan
oleh sesuatu tetapi juga menuju kearah sesuatu atau mengarah pada suatu tujuan.
Demikian pula halnya ketika manusia memasuki suatu perusahaan. Manusia memiliki
beraneka ragam kebutuhan yang pemenuhannya tidak dapat diusahakan sendiri,
melainkan melalui proses kerjasama yang terkendali dengan memanfaatkan jalur
perusahaan. Karena itu, tujuan manusia memasuki perusahaan adalah untuk
memenuhi kebutuhannya melalui kerjasama dengan orang lain. Kebutuhan
masing-masing karyawan perusahaan dapat terpenuhi diantaranya melalui Program
Pemberian Kesejahteraan, karena Program Pemberian Kesejahteraan berarti
menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga para karyawan perusahaan dapat
mencapai tujuannya, yakni memenuhi kebutuhannya dengan mengerahkan segenap
usaha menuju keberhasilan perusahaan.
Mick Macrchington (1986:157) mengemukakan bahwa:
“Loyalitas
karyawan terhadap organisasi akan sangat tergantung pada jenis rancangan apa
yang akan dilakukan oleh pihak manajemen dalam hubungannya untuk karyawan. Oleh
karena itu menjadi tidak realistis apabila pihak manajemen mengharapkan agar
para karyawannya loyal terhadap perusahaan sementara pihak manajemen sendiri
kurang memberikan perhatian terhadap orang-orang yang bekerja untuk mereka”.
Pemberian
kesejahteraan yang memperhatikan prinsip keadilan dan prinsip kewajaran
(kelayakan) akan menciptakan dorongan kerja karyawan. Keadilan dalam pemberian
imbalan, yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu
dan standar pengupahan, akan menghasilkan kepuasan.
Robbins (1998:25) menyatakan bahwa:
“Dalam
kontrak psikologis antara perusahaan dengan karyawan, kepuasan antara dua pihak
tersebut akan tercapai jika masing-masing berperan sesuai dengan yang
diharapkan. Jika perusahaan memenuhi perannya, diantaranya adalah memberikan
penghargaan dan kompensasi atas pekerjaan karyawan, maka kepuasan kerja
karyawan akan tercapai. Jika kepuasan kerja telah tercapai, maka karyawan akan
memunculkan sikap loyal, mencurahkan usaha, keahlian, pengetahuan, kreatifitas
dan lain-lain”.
Schgermeron
(1991 :39) menyebutkan bahwa kontrak psikologis adalah “Sejumlah pengharapan
individu dan menunjukkan apa yang diinginkan oleh individu dan organisasi untuk
diberikan dan diterima satu sama lain dalam konteks hubungan kerja”. Kontrak
ini menunjukkan pertukaran nilai yang menyebabkan individu bekerja untuk
organisasi dan menyebabkan organisasi mempekerjakan orang tersebut. Gambar
berikut ini menunjukkan pertukaran nilai antara individu dengan organisasi
sebagaimana yang dimaksudkan dengan kontrak psikologis.
Post a Comment