Manajemen
Ruang Lingkup Penilaian Prestasi Kerja
Dalam
suatu penilaian prestasi kerja, permasalahan yang harus dihadapi meliputi
berbagai hal sejak dari menentukan siapa yang akan dinilai, oleh siapa, sampai
dengan bagaimana cara penilaian prestasi kerja tersebut akan dilakukan. Secara
ringkas Andrew F Sikula dalam Bambang Wahyudi (2002:104) menyatakan bahwa untuk
mengetahui ruang lingkup penilaian prestasi kerja dapat dilakukan dengan
menjawab beberapa pertanyaan yang disebutnya sebagai rumus : 5 W + 1H, yaitu WHO,
WHAT, WHY, WHEN, WHERE and HOW.
a. Siapa (Who)
Pertanyaan “siapa” ini sebenarnya
meliputi 2 (dua) macam pertanyaan, yaitu :
1.
Siapa yang harus dinilai ? (who should be appraised?)
Hal pertama di dalam suatu penilaian
prestasi kerja yang perlu ditetapkan terlebih dahulu adalah siapa yang harus
dinilai, yaitu meliputi seluruh tenaga kerja yang ada dalam organisasi, sejak
dari pucuk pimpinan sampai dengan tenaga kerja tingkat jabatan terendah.
2.
Siapa yang harus dinilai? ( who should do the appraising?)
Secara umum dapat dikatakan bahwa
penilaian dilakukan oleh petugas yang dapat wewenang untuk melakukan penilaian
prestasi kerja yang dinilai, baik atasan langsung maupun atasan lainnya.
Sebenarnya petugas penilai tersebut tidak harus selalu atasan tenaga kerja yang
dinilai, karena rekan setingkat dan bawahan tenaga kerja yang bersangkutan pun
dapat diberi tugas sebagai penilai. Bahkan tenaga kerja yang bersangkutan
sendiri dapat diberi tugas untuk menilai dirinya yang dikenal dengan istilah Self
Appraisal.
Disamping itu, penilaian prestasi
kerja dapat pula dilakukan oleh penilai-penilai yang didatangkan dari luar
organisasi, terutama dilakukan dengan harapan agar penilain dapat berlangsung
dengan lebih objektif.
b. Apa (What)
Pertanyaan
“apa” mengantarkan kita unuk mengetahui faktor-faktor dan dalam dimensi apa
yang harus dinilai dari seorang tenaga kerja.
Untuk
menjawab pertanyaan “apa yang harus dinilai” ini, orientasi kita dapat kaitkan
dengan :
1.
Obyek
Yang dimaksud obyek adalah bahwa yang
menjadi obyek penilaian adalah manusia dengan berbagai kemampuan, sikap,
pandangan, dan berbagai keistimewaan yang dimilikinya masing-masing.
2.
Dimensi waktu
Yang dimaksud dimensi waktu adalah
bahwa yang diukur ? dinilai adalah prestasi yang dicapai pada saat ini (current
performance) dan potensi yang dapat dikembangkan pada waktu yang akan
datang (future potential). Dengan demikian apa yang diukur dan dinilai
tidak saja menyangkut waktu sekarang tetapi juga penting diketahui, adalah
bagaimana prospeknya untuk waktu yang akan datang.
3.
Spesifikasi
Yang dimaksud dengan spesifikasi
yaitu bahwa faktor-faktor yang diukur/ dinilai adalh sifat/ karakter/ perangai (personal
traits) dari tenaga kerja yang bersangkutan, seperti kecerdasan,
agresivitas, kematangan jiwa, kemampuan mengambil keputusan dan tingkat
pencapaian sasaran atau hasil dari kegiatan (performance result).
Spesifikasi dari apa yang dinilai ini
harus ditentukan secara jelas, sehingga penilaian prestasi kerja yang dilakukan
akan dapat mencapai sasaran dengan baik pada masa yang lalu memang sasaran dari
penilaian prestasi lebih diarahkan untuk mengukur sifat/ karakter/ perangai (personal
traits) dari seorang tenaga kerja. Dalam perkembangannya pada masa sekarang
apa yang diukur tidak saja menyangkut personal traitsnya tetapi
diarahkan untuk mengukur keberhasilan seseorang dalam menjalankan suatu tugas
atau mencapai suatu sasaran tertentu (performance results). Sebagai
suatu bukti adalah pengukuran prestai seseorang dengan menggunakan metoda “Management
By Obyective” (MBO).
c. Mengapa (Why)
Pertanyaan
‘mengapa” yang harus diartikan sebagai “mengapa penilaian prestasi ini harus
dilakukan”, mengantarkan kita kepada pemahaman tentang apa sebenarnya yang
ingin diperoleh dari suatu penilaian prestai kerja. Tentang hal ini memang
suatu penilaian prestasi kerja menjanjikan kepada kita sebagai hasil yang dapat
dipergunakan untuk berbagai tujuan yang mendasari penentuan kebijaksanaan
kepegawaian yang lain.
Menurut
Bambang Wahyudi (2002:107) Ada beberapa tujuan yang dapat diperoleh dari suatu
penilaian prestasi kerja antara lain:
1.Memelihara
potensi kerja
Dengan mengetahui kemampuan saat ini dan
potensi pengembangannya dimasa yang
akan datang, kita mampu memelihara tenga kerja bersangkutan pada saat ini.
Disamping itu dengan penilaian prestasi kerja akan diketahui berbagai kebutuhan
dan keinginan tenaga kerja yang dapat dipergunakan dalam rangka memelihara
mereka untuk tetap berada dalam organisasi.
2.Mengukur
dan meningkatakan prestasi kerja
Dengan penilaian prestasi kerja berarti kita
melakukan pengukuran prestasi yang mampu dicapai tenaga kerja yang bersangkutan
pada suatu saat tertentu guna mengetahui kelebihannya maupun kelebihannya.
Dengan demikian kita akan dapat menyusun langkah pengembangna yang perlu
dilakukan guna meningkatkan prestasi kerjanya pada masa yang akan datang.
3.Menentukan
kebutuhan akan pelatihan (training need)
Dengan memperbandingkan antara prestasi yang
sebenarnya dicapai dengan prestasi yang seharusnya dimiliki, akan dapat
ditentukan kebutuhan akan pelatihan dari tenaga kerja yang bersangkutan,
terutama apabila ternyata prestasi kerja yang sebenarnya lebih rendah dari
prestasi yang seharusnya dicapai. Rendahnya prestasi kerja yang dicapai
menunjukkan indikasi adanya kekurangmampuan tenaga kerja, sehingga memerlukan
tambahan pengetahuan dan / atau keterampilan. Kebutuhan akan tambahan
pengetahuan dan / atau keterampilan itulah yang mennjukan adanya kebutuhan akan
pelatihan (training need).
4.Sebagai
dasar pengembangan karier
Hasil dari suatu penilaian prestasi kerja
dapat menunjukan kemungkinan pengembangan karir tenaga kerja, sehingga dapat
merupakan dasar yang obyektif untuk menentukan berbagai kebijaksanaan
pengembangan karir bagi seorang tenaga kerja melalui berbagai bentuk mutasi
tenaga kerja, baik promosi, transer, lay-off, maupun
pemberhentian (discharge).
5.Sebagai
dasar pemberian dan peningkatan balas jasa
Sesuai dengan prinsip keadilan dalam
pemberian balas jasa maka hasil dari suatu penilaian prestasi kerja dapat
digunakan sebagai dasart untuk menetapkan besarnya balas jasa yang harus
diberikan kepada seorang tenaga kerja sesuai dengan prestasi yang telah
ditunjukan. Bentuk pemberian balas jasa yang tepat dengan menggunakan landasan
penilaian prestasi kerja dikenal dengan nama insentif. (incentive).
6.Sebagai
alat bantu dalam proses pengadaan tenaga kerja (penarikan, seleksi, penempatan
dan pembekalan)
Dengan menggunakan hasil penilaian perstasi
kerja sebagai dasar pertimbangan, maka berbagai kebijaksanaan pengadaan tenaga
kerja, khususnya bagi tenaga tenaga kerja lama yang diperlukan untuk mengisi
lowongan jabatan tertentu, akan dapat dilaksanakan lebih mudah. Hal tersebut
terjadi karena dengan penilaian prestasi kerja berarti kita dapat mengetahui
kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja bersangkutan baik kemempuan yang
sudah nyata, maupun kemempuan yang masih potensial.
7.Membantu
mekanisme umpan balik dan komunikasi
Dengan penilaian prestasi kerja akan dapat
dikumpulkan berbagai masukan sebagai umpan balik organisasi, baik yang
menyangkut pribadi tenaga kerja maupun berbagai kebijaksanaan yang telah
ditetapkan organisasi. Di samping itu dapat terjadi interaksi yang lebih
intensif antara tenaga kerja dengan organisasi.
d. Bilamana (When)
Pertanyaan
“ bilaman penilaian prestasi dilakukan” yang pada dasarnyamempertanyakan
tentang waktu pelaksanaan dari penilaian prestasi kerja, mengandung pengertian
tentang apakah penilaian dilakukan secara formal ataukah informal.
Penilaian
formal merupakan proses penilaian prestasi kerja yang dilakukan secara periodik
seperti tiap tahun, setiap semester, setiap kuartal atau setiap bulan.
Sedangkan penilaian informal merupakan proses penilaian prestasi tenaga kerja
yang dilakukan secara terus menerus dan setiap saat, setiap hari.
Dalam
kenyataannya memang agak sukar memisahkan penilaian informal tersebut dari
suatu penilaian formal, karena justru nilai yang dihasilkan dari prestasi
seseorang dari hari ke hari akan ikut mempengaruhi penilaianya secara periodik.
e. Dimana (When)
Pertanyaan
pokok selanjutnya adalah “ Dimana penilaian prestasi kerja dilakukan”.
Jawaban atas pertanyaan ini memungkinkan kita untuk memilih dua alternatif
tempat pelaksanaan penilaian prestasi kerja itu”.
1. Di
tempat kerja (on the job appraisal)
Penilaian
prestasi kerja dilakukan hanya di lingkungan organisasi yang bersangkutan. Pelaksanaan penilaiannya dapat
berlangsung di kantor atasan, di tempat
kerja atau di tempat kerja lain yang masih di dalam lingkungan organisasinya sendiri.
2. Di
luar tempat kerja (off the job appraisal)
Pelaksanaan penilaian di luar tempat kerja /
di luar lingkungan organisasi yang bersangkutan ini biasanya digunakan untuk
melkukan penilaian informal, walaupun dapat pula digunakan dalam penilaian
formal seperti di kantor konsultan yang ditunjuk.
f. Bagaimana (How)
Pertanyaan
paling sulit dan rumit dalam pelaksanaan penilaian prestasi kerja adalah yang
menyangkut tentang “ Bagaimana penilaian prestasi kerja dilakukan”.
Jawaban dan pertanyaan ini mengantarkan kita pada pemilihan metoda penilaian
prestasi kerja dari berbagai metoda yang dimungkinkan. Tentunya pemilihan
metoda tersebut mengandung konsekuensi – konsekuensi tertentu, terutama yang
menyangkut tentang kesiapan para pelaksana dan sasaran yang ingin diungkapkan
dalam penilaian prestasi tersebut.
Berbagai
metoda penilaian prestasi kerja yang dapat dipilih dibagi dalam 2 (dua)
kelompok, yaitu metoda tradisional dan metoda modern (Andrew F Sikula).
Metoda-metoda tersebut adalah:
METODA TRADISIONAL
a. Rating
Scale
● Graphic
scale
● Multiple
teps
● Behaviour
scale
b. Employee
Comparison
● Alternation
ranking
● Paired
comparison
● Forced
distribution
c. Checklist
● Weight
checklist
● Forced
choice
d. Freeform
Essay
e. Interview
f. Critical
Incident
METODA MODERN
a. Assesment
Centre
b. M
B O
c. Human
Asset Accounting
Post a Comment