Analisis Fundamental
Analisis fundamental mempunyai anggapan bahwa setiap pemodal adalah makhluk rasional, oleh sebab itu analisis fundamental mencoba mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi perusahaan. Hal ini disebabkan karena nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik suatu saat tetapi juga adalah harapan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Analisis fundamental mencoba untuk
memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan : (1) mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan (2) menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Analisis fundamental memiliki dua model penilaian saham yang sering digunakan para analisis sekuritas (Jogiyanto, 2000) yaitu :
a. Pendekatan Present value, mencoba menaksir Present value, dengan menggunakan tingkat bunga tertentu, manfaat yang akan diterima oleh pemilik saham.
b. Pendekatan Price earning ratio, menaksir nilai saham dengan mengalikan laba perlembar saham dengan kelipatan tertentu.
Pendekatan Present Value
Berdasarkan pendekatan ini maka nilai saat ini dari suatu saham adalah sama dengan present value arus kas yang diharapkan akan diterima oleh pemilik saham tersebut (Husnan,2001). Metode ini digunakan untuk mengetahui nilai perusahaan di masa datang, dengan cara mendiskontokan nilai-nilai arus kas (cash flow) di masa depan menjadi nilai sekarang, dengan rumusnya sebagai berikut (Jogiyanto, 2000):
Nilai saham = Σ=+ntttrkasArus1)1(
r adalah tingkat bunga atau tingkat keuntungan yang dipandang layak bagi investasi tersebut, sedangkan bagi perusahaan ini merupakan cost of equity,
karena merupakan tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik modal sendiri. Analis atau pemodal perlu memasukkan faktor risiko untuk menaksir tingkat keuntungan yang dipandang layak. Semakin besar risiko yang ditanggung pemodal semakin tinggi tingkat keuntungan yang dipandang layak. Pendekatan Price Earning Ratio
Pendekatan ini mendasarkan diri atas rasio antara harga saham per lembar dengan EPS. Dipandang dari sisi teori ekonomi, secara konseptual basis model PER memanglah tidak sekuat model berdasarkan dividen. Analis sekuritas kadang-kadang menyukai penggunaan PER dalam menilai kewajaran harga saham. Saham yang mempunyai PER yang tinggi diduga terlalu tinggi harganya
Konsep Dasar Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio merupakan salah satu pendekatan yang sering digunakan oleh analis sekuritas untuk menilai suatu saham. Pendekatan ini mendasarkan atas ratio antara harga saham per lembar yang berlaku di pasar modal dengan tingkat keuntungan bersih yang tersedia bagi pemegang saham.
Brigham & Gapenski (1996) dikutip dari Nany Nuraini (2000) mengemukakan bahwa PER menunjukkan besarnya harga yang bersedia dibayarkan oleh investor untuk setiap dollar laba yang dilaporkan oleh perusahaan. Sartono (1996) menyatakan bahwa PER dapat diartikan sebagai indikator kepercayaan pasar terhadap prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Sedangkan Jones (1998) dikutip dari Nany Nuraini (2000) mengemukakan bahwa PER menunjukkan optimisme dan pesimisme para
investor terhadap prospek perusahaan di masa yang akan datang. Jogiyanto (2000) menyatakan bahwa PER menunjukkan rasio harga saham terhadap Earning atau dengan kata lain menunjukkan berapa besar pemodal menilai harga saham terhadap kelipatan dari Earnings.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa harapan investor terhadap Earning perusahaan pada masa yang akan datang, direfleksikan pada harga saham yang bersedia mereka bayar atas saham perusahaan tersebut yang selanjutnya berpengaruh terhadap PER dengan mengetahui besarnya PER suatu perusahaan, analis bisa memperkirakan bagaimana posisi suatu saham relatif terhadap saham-saham lainnya, apakah saham tersebut dibeli atau tidak. Besarnya nilai PER biasanya terkait dengan tahap pertumbuhan perusahaan, sehingga perusahaan-perusahaan yang berada dalam tahap pertumbuhan biasanya memiliki PER yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang berada dalam kondisi yang sudah mapan.
Sesuai dengan pandangan bahwa harga saham mencerminkan harapan para investor atau pasar terhadap prospek suatu perusahaan. Maka faktor-faktor harga saham juga akan mempengaruhi PER. Maka pendekatan lain dalam menilai harga saham adalah dengan mencari faktor-faktor yang diduga mempengaruhi PER secara nyata, kemudian dibuat suatu model tersebut untuk menilai PER perusahaan di masa yang akan datang, sehingga dapat dinilai pada kewajaran harga saham perusahaan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio
Price Earning Ratio merupakan perbandingan antara harga saham dengan laba per saham (Earning per Share).
Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
PER = Po/E1
PER = [ D1 / (r-g)]/E1
Karena D1 = E1(1-b), maka
PER = [E1(1-b)/(r-g)]/E1
PER = (1-b)/(r-g)
Keterangan :
PER : Price Earning Ratio
Po : Harga Saham pada tahun ke 0
E1 : Perkiraan Laba pada tahun yang akan datang
(1-b) : Dividend Payout Ratio
r : Required Rate of Return
g : Pertumbuhan Dividen
Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
PER adalah :
1. Rasio laba yang dibayarkan sebagai dividend , atau Payout Ratio
[yaitu(1-b)]
2. Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal (r)
3. Pertumbuhan dividen (g )
Sesuai dengan persamaan tersebut, maka pengaruh masing-masing faktor terhadap Price Earning Ratio dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Faktor yang pertama adalah Dividend Payout Ratio yaitu bagian dari laba perusahaan yang dibayarkan sebagai dividen. Faktor ini mempunyai pengaruh yang positif terhadap PER karena besarnya Dividend Payout Ratio menentukan besarnya dividen yang diterima oleh pemilik saham di mana besarnya dividen ini secara positif dapat mempengaruhi harga suatu saham terutama pada pasar modal yang didominasi oleh investor yang berorientasi pada pendapatan dividen. Dengan demikian apabila faktor-faktor lain yang mempengaruhi PER konstan, semakin tinggi Dividend Payout Ratio, maka semakin tinggi PER.
b. Faktor kedua adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan pemodal (Rate of Return /r) yaitu tingkat keuntungan yang dianggap layak bagi investasi pada suatu saham. Faktor ini mempunyai pengaruh yang negatif dengan PER, karena apabila keuntungan yang diperoleh atas suatu saham lebih kecil dari tingkat keuntungan yang disyaratkan (r) hal ini akan menurunkan harga dari suatu saham karena investasi pada saham tersebut dianggap kurang menarik. Dengan demikian semakin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan semakin rendah PER dengan asumsi faktor yang lain konstan. (Reilly, 1994) menyebutkan bahwa Rate of Return merupakan fungsi dari The Economy's Risk Free Rate of Return (Rf), The Expected Rate of Inflation (I), dan Market Risk For Common Stock Easured As The Variance of Return.
c. Faktor ketiga adalah pertumbuhan Dividen (g). Pengaruh faktor ini adalah positif terhadap PER karena dividen yang meningkat dapat dijadikan sebagai
cerminan prospek perusahaan yang baik sehingga investasi pada suatu saham akan semakin menarik. Dengan demikian apabila faktor yang lain konstan maka semakin tinggi pertumbuhan dividen, semakin tinggi PER.
Upaya tentang Price Earning Ratio tersebut dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan penilaian terhadap PER suatu saham. Apabila ada suatu saham yang mempunyai PER = 10, maka dapat diperkirakan beberapa pertumbuhan laba perusahaan tersebut, berapa r yang layak untuk saham tersebut, dan beberapa kebijakan dividen perusahaan tersebut. Misalkan perusahaan menetapkan DPR sebesar 30%. Ini berarti bahwa b = 0,70. Sekarang kalau ditaksir r yang layak adalah 24%, maka ini berarti :
PER = (1-b) / (r-g)
10 = 0,30 / (0,24-g)
0,30 = 2,40 – 10 g
10 g = 2,10
g = 0,21
Dengan kata lain, PER saham tersebut dinilai layak kalau diperkirakan bahwa pertumbuhan laba perusahaan 21% pertahu
Analisis fundamental mempunyai anggapan bahwa setiap pemodal adalah makhluk rasional, oleh sebab itu analisis fundamental mencoba mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi perusahaan. Hal ini disebabkan karena nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik suatu saat tetapi juga adalah harapan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Analisis fundamental mencoba untuk
memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan : (1) mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan (2) menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Analisis fundamental memiliki dua model penilaian saham yang sering digunakan para analisis sekuritas (Jogiyanto, 2000) yaitu :
a. Pendekatan Present value, mencoba menaksir Present value, dengan menggunakan tingkat bunga tertentu, manfaat yang akan diterima oleh pemilik saham.
b. Pendekatan Price earning ratio, menaksir nilai saham dengan mengalikan laba perlembar saham dengan kelipatan tertentu.
Pendekatan Present Value
Berdasarkan pendekatan ini maka nilai saat ini dari suatu saham adalah sama dengan present value arus kas yang diharapkan akan diterima oleh pemilik saham tersebut (Husnan,2001). Metode ini digunakan untuk mengetahui nilai perusahaan di masa datang, dengan cara mendiskontokan nilai-nilai arus kas (cash flow) di masa depan menjadi nilai sekarang, dengan rumusnya sebagai berikut (Jogiyanto, 2000):
Nilai saham = Σ=+ntttrkasArus1)1(
r adalah tingkat bunga atau tingkat keuntungan yang dipandang layak bagi investasi tersebut, sedangkan bagi perusahaan ini merupakan cost of equity,
karena merupakan tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik modal sendiri. Analis atau pemodal perlu memasukkan faktor risiko untuk menaksir tingkat keuntungan yang dipandang layak. Semakin besar risiko yang ditanggung pemodal semakin tinggi tingkat keuntungan yang dipandang layak. Pendekatan Price Earning Ratio
Pendekatan ini mendasarkan diri atas rasio antara harga saham per lembar dengan EPS. Dipandang dari sisi teori ekonomi, secara konseptual basis model PER memanglah tidak sekuat model berdasarkan dividen. Analis sekuritas kadang-kadang menyukai penggunaan PER dalam menilai kewajaran harga saham. Saham yang mempunyai PER yang tinggi diduga terlalu tinggi harganya
Konsep Dasar Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio merupakan salah satu pendekatan yang sering digunakan oleh analis sekuritas untuk menilai suatu saham. Pendekatan ini mendasarkan atas ratio antara harga saham per lembar yang berlaku di pasar modal dengan tingkat keuntungan bersih yang tersedia bagi pemegang saham.
Brigham & Gapenski (1996) dikutip dari Nany Nuraini (2000) mengemukakan bahwa PER menunjukkan besarnya harga yang bersedia dibayarkan oleh investor untuk setiap dollar laba yang dilaporkan oleh perusahaan. Sartono (1996) menyatakan bahwa PER dapat diartikan sebagai indikator kepercayaan pasar terhadap prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Sedangkan Jones (1998) dikutip dari Nany Nuraini (2000) mengemukakan bahwa PER menunjukkan optimisme dan pesimisme para
investor terhadap prospek perusahaan di masa yang akan datang. Jogiyanto (2000) menyatakan bahwa PER menunjukkan rasio harga saham terhadap Earning atau dengan kata lain menunjukkan berapa besar pemodal menilai harga saham terhadap kelipatan dari Earnings.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa harapan investor terhadap Earning perusahaan pada masa yang akan datang, direfleksikan pada harga saham yang bersedia mereka bayar atas saham perusahaan tersebut yang selanjutnya berpengaruh terhadap PER dengan mengetahui besarnya PER suatu perusahaan, analis bisa memperkirakan bagaimana posisi suatu saham relatif terhadap saham-saham lainnya, apakah saham tersebut dibeli atau tidak. Besarnya nilai PER biasanya terkait dengan tahap pertumbuhan perusahaan, sehingga perusahaan-perusahaan yang berada dalam tahap pertumbuhan biasanya memiliki PER yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang berada dalam kondisi yang sudah mapan.
Sesuai dengan pandangan bahwa harga saham mencerminkan harapan para investor atau pasar terhadap prospek suatu perusahaan. Maka faktor-faktor harga saham juga akan mempengaruhi PER. Maka pendekatan lain dalam menilai harga saham adalah dengan mencari faktor-faktor yang diduga mempengaruhi PER secara nyata, kemudian dibuat suatu model tersebut untuk menilai PER perusahaan di masa yang akan datang, sehingga dapat dinilai pada kewajaran harga saham perusahaan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio
Price Earning Ratio merupakan perbandingan antara harga saham dengan laba per saham (Earning per Share).
Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
PER = Po/E1
PER = [ D1 / (r-g)]/E1
Karena D1 = E1(1-b), maka
PER = [E1(1-b)/(r-g)]/E1
PER = (1-b)/(r-g)
Keterangan :
PER : Price Earning Ratio
Po : Harga Saham pada tahun ke 0
E1 : Perkiraan Laba pada tahun yang akan datang
(1-b) : Dividend Payout Ratio
r : Required Rate of Return
g : Pertumbuhan Dividen
Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
PER adalah :
1. Rasio laba yang dibayarkan sebagai dividend , atau Payout Ratio
[yaitu(1-b)]
2. Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal (r)
3. Pertumbuhan dividen (g )
Sesuai dengan persamaan tersebut, maka pengaruh masing-masing faktor terhadap Price Earning Ratio dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Faktor yang pertama adalah Dividend Payout Ratio yaitu bagian dari laba perusahaan yang dibayarkan sebagai dividen. Faktor ini mempunyai pengaruh yang positif terhadap PER karena besarnya Dividend Payout Ratio menentukan besarnya dividen yang diterima oleh pemilik saham di mana besarnya dividen ini secara positif dapat mempengaruhi harga suatu saham terutama pada pasar modal yang didominasi oleh investor yang berorientasi pada pendapatan dividen. Dengan demikian apabila faktor-faktor lain yang mempengaruhi PER konstan, semakin tinggi Dividend Payout Ratio, maka semakin tinggi PER.
b. Faktor kedua adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan pemodal (Rate of Return /r) yaitu tingkat keuntungan yang dianggap layak bagi investasi pada suatu saham. Faktor ini mempunyai pengaruh yang negatif dengan PER, karena apabila keuntungan yang diperoleh atas suatu saham lebih kecil dari tingkat keuntungan yang disyaratkan (r) hal ini akan menurunkan harga dari suatu saham karena investasi pada saham tersebut dianggap kurang menarik. Dengan demikian semakin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan semakin rendah PER dengan asumsi faktor yang lain konstan. (Reilly, 1994) menyebutkan bahwa Rate of Return merupakan fungsi dari The Economy's Risk Free Rate of Return (Rf), The Expected Rate of Inflation (I), dan Market Risk For Common Stock Easured As The Variance of Return.
c. Faktor ketiga adalah pertumbuhan Dividen (g). Pengaruh faktor ini adalah positif terhadap PER karena dividen yang meningkat dapat dijadikan sebagai
cerminan prospek perusahaan yang baik sehingga investasi pada suatu saham akan semakin menarik. Dengan demikian apabila faktor yang lain konstan maka semakin tinggi pertumbuhan dividen, semakin tinggi PER.
Upaya tentang Price Earning Ratio tersebut dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan penilaian terhadap PER suatu saham. Apabila ada suatu saham yang mempunyai PER = 10, maka dapat diperkirakan beberapa pertumbuhan laba perusahaan tersebut, berapa r yang layak untuk saham tersebut, dan beberapa kebijakan dividen perusahaan tersebut. Misalkan perusahaan menetapkan DPR sebesar 30%. Ini berarti bahwa b = 0,70. Sekarang kalau ditaksir r yang layak adalah 24%, maka ini berarti :
PER = (1-b) / (r-g)
10 = 0,30 / (0,24-g)
0,30 = 2,40 – 10 g
10 g = 2,10
g = 0,21
Dengan kata lain, PER saham tersebut dinilai layak kalau diperkirakan bahwa pertumbuhan laba perusahaan 21% pertahu
Post a Comment